Link, Banjarbaru – Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Kota Banjarbaru sebentar lagi harus selesai. Tepatnya 28 Desember 100 persen pekerjaan tuntas.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan JPO Kota Banjarbaru tinggal menghitung hari, tepatnya berakhir pada 28 Desember 2022. Sementara di lapangan saat ini, progress proyek yang sempat menimbulkan pro kontra tersebut dilaporkan belum mencapai 100 persen, tetapi masih 95 persen pekerjaan.
“Saat ini progres JPO sudah 95 persen lebih,” ungkap Adi Maulana, Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarbaru, Senin (12/12/2022).
Ia mengungkapkan, bahwa pengerjaan JPO yang dikerjakan CV. Tiga Jaya Group berakhir pada bulan Desember 2022. Jika dalam pengerjaannya, tidak selesai sampai dengan tenggat waktu yang ditentukan, maka kontraktor akan diberikan sanksi.
“Sesuai kontrak, pengerjaan,JPO berakhir 28 Desember 2022. Jika tidak selesai sampai dengan waktunya, makan akan diberikan penalti atau denda keterlambatan,” tambahnya.
Denda keterlambatan yang sesuai dengan kontrak, Ia mengatakan sebesar seperseribu per hari dari sisa pekerjaan.
Sementara itu dari pantauan Linkalimantan.com, hingga Senin, 12 Desember 2022 pagi sejumlah pekerja masih melakukan aktivitas pekerjaan. Utamanya dibagian tangga naik JPO.
Jauh sebelumnya diberitakan, Anggota DPRD Kota Banjarbaru Nurkholis mengkritik pembangunan JPO yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Kilometer 34 atau samping pom bensin. Karena dianggap mubazir dan buang-buang anggaran.
Nurkhalis yang Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Banjarbaru mengatakan, apa yang disampaikannya bukanlah semata-mata hanya kritikan saja, tetapi ada solusi yang disampaikannya.
“Alangkah baiknya jika dana untuk bangunan JPO itu digunakan untuk mengatasi masalah banjir dulu, salah satunya yang ada di daerah Kecamatan Cempaka. Karena kita ketahui bersama banjir di daerah tersebut telah menjadi langganan, baru saja sebentar hujan turun wilayah daerah itu sudah banjir,” ungkapnya (5/8).
Ironiskan, semula anggarannya Rp3,5 M kemudian bertambah hibgga totolnya mencapai Rp. 5 Miliar.
“Dulunya anggaran Rp 3,5 Miliar, tapi karena alasan bahan naik, maka bertambah lagi jadi Rp. 5 Miliar,” lanjutnya. (wahyu/BBAM)