Link, Jakarta – 8 September perigatan Hari Literasi Internasional. Tahun ini tema Hari Literasi Internasional adalah “Mempromosikan pendidikan multibahasa: Literasi untuk saling pengertian dan perdamaian”.
Dikutip laman Free Press Journal, untuk mewujudkan perdamaian abadi, Hari Literasi Internasional 2024 akan berfokus pada permasalahan. Terkait literasi dalam lingkungan multibahasa dan mengeksplorasi kemungkinan solusi.
Terutama untuk memperbaiki undang-undang, program, tata kelola, dan sistem pembelajaran sepanjang hayat. Hal ini akan diamati secara lokal, nasional, regional, dan global baik secara langsung maupun virtual, sesuai dengan UNESCO.
UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%.
Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu.
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Mochamad Nursalim, menyebut minimnya minat baca masyarakat Indonesia bersifat general tetapi minat baca yang rendah juga terjadi dikalangan mahasiswa.
Setidanya anggapan membaca yang diidentikan dengan buku dalam bentuk fisik mengalami pergeseran dengan canggihnya era saat ini karena membaca bisa dilakukan dengan buku elekrtonik atau digital. “Buku masih sangat relevan dan menjadi sumber belajar yang utama,” ujarnya.
Menurutnya, isi muatannya lebih terpercaya dibanding beberapa sumber lain. Karena melewati beberapa tahap seleksi, validasi, editing, juga menyajikan data dan informasi secara dalam dan komprehensif
Untuk meningkatkan minat baca, Nursalim mengatakan perlu kesadaran bahwa kini ada banyak sekali sumber bacaan dan pengetahuan. Buku tidak lagi hanya berupa buku cetak.
Tetapi juga buku elektronik atau e-book maupun jurnal-jurnal atau hasil riset yang tersedia di berbagai platform terpercaya.