Linkalimantan.com-Pernyataan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bikin geger. Ia menganggap, saat ini bukan lagi eranya global warming atau pemanasan global, namun sudah masuk ke era global boiling atau pendidihan global.
Gueterres saat konferensi pers terkait perubahan iklim di Kantor Pusat PBB, New York, pada 27 Juli 2023, memang menyatakan, memburuknya permasalahan perubahan iklim saat ini telah membuat berakhirnya era global warming, dan membuat dunia memasuki masa global boiling sebagaimana dilansir dar cnbcindonesia.com
Ia merujuk laporan dari the World Meteorological Organization (WMO) and the European Commission’s Copernicus Climate Change Service yang menyatakan bahwa Juli 2023 sebagai bulan terpanas dalam sejarah dunia.
“Era global warming telah berakhir, dan era global boiling telah tiba,” kata Guterres dikutip dari transkrip konferensi pers yang terpampang di website press.un.org, Rabu (9/8/2023).
Cuaca panas ekstrem ini menurut Gueterres sebagain besar dirasakan oleh masyarakat di kawasan Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa. Ia mengingatkan, permasalahan ini tentu disebabkan perilaku manusia-manusianya itu sendiri.
“Ini adalah musim panas terkejam. Untuk seluruh planet, kondisi itu adalah bencana. Dan bagi para ilmuwan, ini tidak diragukan lagi – manusia yang harus disalahkan,” tutur Guterres.
Oleh sebab itu, ia menganggap, masyarakat dunia harus bertanggung jawab atas kondisi ini, terutama negara-negara anggota G20, yang di dalamnya termasuk Indonesia, karena menyumbang 80 persen emisi global.
“Kami membutuhkan target pengurangan emisi nasional baru yang ambisius dari anggota G20. Dan kita membutuhkan semua negara untuk mengambil tindakan sejalan dengan Pakta Solidaritas Iklim dan Agenda Percepatan (Climate Solidarity Pact and Acceleration Agenda),” tegasnya.
Selain pemerintahan berbagai negara, ia juga mengajak kepada seluruh pemimpin industri keuangan menghentikan pemberian pendanaan, pembiayaan, atau pinjaman terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor bahan bakar fosil.
“Dan beralih ke energi terbarukan sebagai gantinya. Dan perusahaan bahan bakar fosil harus memetakan langkah mereka menuju energi bersih, dengan rencana transisi terperinci di seluruh rantai nilai,” tegas Guterres.