spot_img

Polusi Budaya Melukai Keluhuran Budi Pekerti

Bismillahhirahmannirahim
“Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia yang besar,”
Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan di di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Rabu 16 Agustus 2023

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Catatan Dari Serambi Kota Martapura

Presiden Jokowi dengan santun menyebutkan jika saat ini bangsa kita tengah mengalami polusi di wilayah budaya.

Presiden pun menyayangkan mulai hilangnya budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa di Tanah Air. Menurutnya, saat ini kebebasan dan demokrasi justru digunakan masyarakat untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Tak terkecuali di Kabupaten Banjar juga telah terjadi degradasi budaya yang notabene warisan kearifan lokal para pendiri negeri.

Dengan hampir 100 persen pendudukanya Muslim, sudah pasti warisan budaya dari para pendiri negeri tidak terlepas dari keagungan ajaran Islam itu sendiri. Namun realitanya hampir semua lini di wilayah budaya perlahan namun pasti mulai tergerus dengan ajaran-ajaran sekuler. Termasuk dalam dunia politik yang sebelumnya begitu santun kini berubah menjadi beringas.

“Iya, dari bangun tidur sampai waktunya tidur para tetuha (alim ulama dan tokoh masyarakat) sudah mengajarkan adabnya. Pendeknya budaya masyarakat kita tidak terlepas dari ajaran Agama Islam, dalam hal apa saja. Termasuk dunia politik,” begitu kata seorang sahabat saat berdiskusi di Beranda Kota Martapura.

Baca juga  Politik Adalah Ajang Kontribusi dan Pengabdian

Panggung politik baik itu di arena pemilihan legislative maupun eksekutif, nyaris tak lagi mengedepankan kesantunan sebagaimana yang diwariskan kearifan lokal dalam membangun kultur budaya kita.

Persaingan tidak sehat dengan produk dengki dan fitnah seolah menjadi hal biasa. Lebih konyol lagi, itu terjadi bukan hanya pada persaingan antar kelompok. Sesame kelompok pun tak jarang terjadi saling membunuh (kanibal suara sesama kelompok). Tujuannya hanya untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya untuk dirinya sendiri.

Tadi siang Bangsa Indonesia (NKRI) telah berusia 78 tahun sejak kemerdekaan RI di Tahun 1945 silam. Simbol kerukunan umat dan kesatuan bangsa terlihat jelas dalam seremoni seluruh kegiatan. Baik yang tersaji  di upacara penaikan dan penurunan Sang Saka Merah Putih maupun diperayaan yang digelar seluruh kelompok masyarakat.

Azas gotong royong, saling bahu membahu tersaji begitu jelas. Kita bisa bayangkan seandainya corak budaya dalam memperingati HUT RI ke-78 ini juga tersaji di gelaran Pemilu 2024 mendatang. Harapannya begitu.

Secara umum jelas itu tidak mudah. Kecuali bagi mereka yang memiliki keyakinan terhadap Tuhannya, tentu apa pun yang dihadapi akan dapat dilalui dengan selamat dan bercahaya.
Afwan, Wassalam

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU