spot_img

Baliho Bacaleg, Tak Taat Aturan Hingga Hilang Rasa Malu

Bismillahhirahmannirahim
Masa kampanye para calon legislatif pada Pemilu 2024 nanti belumlah dimulai. Namun faktanya tak sedikit para politisi yang sudah mengumbar dirinya kepada publiK. Kesan tak taat aturan menjadi dominan. Nyaris mereka tak lagi memiliki rasa malu demi memenuhi hasratnya.

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Catatan Dari Beranda Kota Martapura

Setiap hari saya berkendaraan hilir mudik di sebagian besar jalan-jalan utama yang ada di Kabupaten Banjar dan sejumlah wilayahnya. Sudah berbulan keberadaan baliho bacaleg sejumlah wajah politikus negeri ini terpampang dipinggir-pinggir jalan.

Secara aturan pemilu memasang baliho-baliho itu dianggap tidak salah. Namun etikanya jika hal itu diniatkan untuk mengkampanyekan diri sebagai salah satu kandidat Pileg 2024 mendatang, sepertinya belumlah patut. Apalagi dalam perjalannya terungkap selain menjadikan kawasan jalanan kumuh para pemilik balihonya juga tak patuh aturan. Salah satunya terkait pajak daerah.

Ironis kan! Mereka para bakal calon-calon pembuat aturan tidak taat aturan. Begitulah faktanya, mereka melakukannya dengan terang-terangan seakan tak ada lagi rasa malu.

Sudah begitu, lebih konyol lagi kalimat-kalimat yang tertulis di lembar-lembar baliho itu juga kelewatan sombong (beperigah—bahasa Banjar). Seperti kalimat pasti, rakyat, sejahtera dan kalimat-kalimat lipstick yang sangat jauh dari pencerminan rendah hati.

Lebih gila lagi, tidak sedikit baliho bacaleg yang bertulisan mesejahterakan dan memakmurkan rakyat. Memangnya dia tu siapa? Mereka lupa jika hal itu telah mengingkari Zat Mulia pemilik hak mutlak atas itu semua terhadap mahluk ciptaannya.

Baca juga  Materialistis Siap Menghancurkan Nilai-Nilai Luhur Ajaran Pendiri Negeri

Kalau sudah begini, bukankah kalimat-kalimat yang terpublis di tempat umum itu telah menyakiti agama? Lalu dimana dan pada kemana mereka yang berhak untuk memberi teguran.

Sehingga tidak berlebihan jika ada ulama yang menyebutkan saat ini kita memang sedang dilanda krisis integritas moral (malu), bahkan dalam keadaan tak ada siapapun (sendirian), Generasi manusia modern sekali pun!. Bahkan diantara kita ini rasanya tidak memiliki rasa malu. Diperparah lagi juga tidak munculnya perasaan bersalah dalam diri (seseorang) dimana jiwanya dan hati nuraninya tumpul. Karena tidak pernah diasah. (imannya lemah) karena tidak pernah dipupuk.

Rasululloh sampai menyebutkan yang diriwayatkan dari  Ibnu Umar, Beliau bersabda:
“AL HAYA-U WAL  IMANU QURINA JAMI’AN, FAIDZA RUFI’A AHADUHUMA RUFI’AL AKHORU”
Malu dan iman senantiasa bersama, apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.

Sikap rasa malu dan rasa bersalah adalah bersumber dari iman yang saling berkaitan dan selalu ada secara bersama. Jika tidak. maka rusaklah kepribadian seseorang.

AFWAN
WASSALAM

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU