Link, Banjarmasin – Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun. KH. Asmuni atau akrab disapa Guru Danau meninggal dunia pada Jumat (2/2) di Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Gubernur Kalsel H. Sahbirin Noor menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya ulama kharismatik Banua.
“Ulun atas nama pribadi dan Pemerintah Provinsi Kalsel menyampaikan belasungkawa dan duka cita yang mendalam atas berpulangnya Guru Danau,” sampai Paman Birin.
Disampaikan Paman Birin, peran ulama untuk pembangunan di Banua sangatlah berarti dan tidak akan pernah tergantikan. Alim ulama dalam kedudukannya sebagai pemimpin informal di tengah masyarakat memiliki peran yang penting dan strategis, khususnya untuk memperkokoh sendi-sendi etika, moral dan spiritual kehidupan masyarakat.
Melansir Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan, Guru Danau dilahirkan pada tahun 50-an di Danau Panggang. Ada yang menulis tahun 1951, tahun 1955, dan ada pula yang menulis 1957 sebagai tahun kelahirannya. Ayahnya bernama Haji Masuni dan ibunya bernama Hajjah Masjubah.
Beliau merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara. Ayahnya berasal dari daerah Danau Panggang sedang ibunya berasal dari daerah Marabahan yang pindah ke Danau Panggang.
Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiyah di lingkungan Pesantren Mu’alimin Danau Panggang dan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Mu’alimin Danau Panggang. Setelah itu dia meneruskan studinya di tingkat atas (Aliyah/Ulya) di Pesantren Darussalam Martapura.
Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama berpengaruh (tuan guru) yang bertebaran di wilayah Martapura, diantaranya adalah Tuan Guru Semman Mulya, Tuan Guru Royani dan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Ijai.
Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danautetap mengikuti pengajian Guru Ijai di Martapura baik ketika masih di Keraton (Langgar Darul Aman) maupun setelah pindah ke Sekumpul (Langgar Arraudah). Guru Danau terus mengikuti pengajian Guru Ijai sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005. (tri)