Senin, Agustus 25, 2025
BerandaHeadlineKebutaan Sejati Bukanlah Kebutaan Fisik

Kebutaan Sejati Bukanlah Kebutaan Fisik

Bismillahirrahmanirrahim
Kebutaan sejati bukanlah kebutaan fisik, melainkan kebutaan hati seseorang. Mengutif dari salah satu ayat dalam Kita Suci Alquran disebutkan “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada”.

Safariyansyah, Budayawan Spiritualisme
Beranda Lestari, Kediaman DR Mada Teruna

Ngaji Dialog dengan materi bahasan hati di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna begitu krusial, seperti halnya nukilan sambungan dari tulisan pekan lalu.

Ayat ini menegaskan bahwa  kebutaan sejati bukanlah kebutaan fisik, melainkan kebutaan hati seseorang. Mungkin memiliki mata yang sehat, tetapi jika hatinya gelap, dia tidak akan mampu melihat kebenaran.

Ketika kau berjalan di tempat gelap dengan lilin kecil, kau hanya bisa melihat sejauh nyala lilin itu. Kalau nyala lilin redup, pandangan pun terbatas banyak hal di sekelilingi yang tak bisa terlilihat, dan akhirnya sering tersandung. Begitu juga dengan hati,  kalau hatı gelap maka akan terus salah panam, terus salah menafsirkan, terus merasa tersakiti. Bahkan oleh hal yang seharusnya bisa menyelamatkan diri.

Orang yang hatinya penuh dengan kebencian akan selalu melihat orang lain sebagai musuh. Orang yang hatinya penuh dendam akan selalu menganggap orang lain ingin mencelakainya. Dia akan membaca semua Kalimat dengan tafsir negatif meskipun yang diucapkan padanya adalah kebaikan.

Seseorang bisa memberi nasihat dengan niat terbaik, tetapi kalau hati telah penuh dengan kecurigaan, maka ia akan menganppapnya sebagai penghinaan. Sebaliknya kalau hati bersih, bahkan hinaan bisa ter-dengar sebagai masukan yang membangun.

Orang-orang dengan hati yang terang, mereka meIihat semua kejadian sebagai pelajaran bukan sebagai serangan. Mereka tidak gampang tersulut, tidak mudah tersinggung. Karena mereka paham bahwa dunia ini bukan tentang melawan semua yang tak sejalan dengan mereka, tetapi tentang mencari cahaya yang bisa menuntun ke arah yang lebih baik…

Jadi jika sering merasa dunia ini jahat, semua orang seakan ingin menjatuhkan. Mungkin bukan dunianya yang salah, mungkin lilin di hati yang sudah terlalu redup..

Pernahkah kau lihat orang yang selalu mengira orang lain sedang membicarakan keburukannya? Atau Orang yang merasa setiap sındıran di media sosial ditujukan kepadanya?

Sebenarnya itu bukan karena orang-orang benar-benar sedang membicarakanya, tetapi karena hatinya sendiri penuh dengan rasa tidak aman dan kecuriga-an. Apapun yang didengar atau dilihat akan ditafsirkan sesuai isi hati. Kalau hati penuh cahaya, pasti akan terlilihat niat baik dibalik banyak hal. Sebaliknya, kalau hati penuh dengan kelicikan, pasti akan selalu berpikir bahwa orang lain juga se picik dirimu

BACA JUGA :  Menuju Pandangan Hidup yang Lurus dan Benar

Tumbuh curiga, karena kau sendiri sering bermain kotor, merasa tersındır karena sadar ada yang salah dalam diri, tapi terlalu pengecut untuk mengakuinya!

Orang yang hatinya penuh luka akan melihat dunia sebagai tempat yang menyakitkan, orang yang hatinya penuh kedengkian akan mengira semua ua orang orang berusaha menyainginya. Tetapi orang yang hatinya lapang, ia akan selalu menyerukan kedamaian dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, dunia tetaplah sama.

Akan tetapi tapsiran tentang dunia itulah yang membedakan bagaimana kita menjalaninya. Maka sebelum menyalahkan orang lain coba lihatan ke daları dirimu:

Apakah yang kau dengar benar-benar buruk atau hanya hatimu yang sudah terlanjur redup cahayanya???
Sebagai penutup, edisi kali ini penukil kembali diperkenalkan untuk menyampaikan sebuah untaian puisi nan indah.

“TAKDIR CAHAYA DI HAMPARAN WAKTU”

Ada rahasia yang ditulis sunyi
Tersembunyi di celah takdır yang teduh
Bukan pada genggaman yang menggenggam
Melainkan di tangan yang tahu melepaskan.

Ketenangan bukan milik mereka yang berlari
Bukan pula bagi mereka yang menggenggam erat
Tetapi bagi hati yang pasrah dalam cahaya Yang membaca waktu dengan keikhlasan yang Pekat.
Kebahagiaan bukan perhiasan dunia,

Bukan kepingan yang harus dikumpulkan
Melainkan embun yang jatuh dengan ridha, menyentuh bumi tanpa bertanya tujuan.

Lihatlahn daun yang menari di angin
la tak mengutuk arah, tak menentang gelombang
Seperti itulah aturan langit
Member bagi yang rela menerima
Menyempurnakan bagi yang merelakan.

Malam tak pernah meragukan fajar
Dan sangai tak menolak menuju samudra
Sebab ada arus yang tak terlihat mata
Mengantarkan setiap makhluk pada tempatnya.

Maka mengapa kau gelisah pada apa yang belum datang?
Mengapa kau menyesal yang telah berlalu?
Sedang semesta tak pernah lupa
Menyediakan bagi yang percaya
Menggenapkan bagi yang berserah

Jadilah tanah yang tak meratap pada hujan
Sebab la tahu, langit takkan membiarkanrıya tandus
Jadilah cahaya yang tak takut gelap
Sebab la paham, cahayanya tak pernah sirna

Berjalan lah dengan hati yang lapang,
Sebab apa yang kau genggam tak selalu milikmu
Dan apa yang kau lepaskan tak selalu hilang
Ada tangan Ilahi yang menata segalanya
Menjadikan cukup, bagi mereka yang percaya.

AFWAN
WASSALAM

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA POPULER