Link, Martapura – Disaat pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan percepatan penambahan luasan sawah, di Kabupaten Banjar justru tidak sedikit area persawahan yang terpaksa ditinggalkan petani hingga menjadi kawasan semak belukar. Alasannya selalu terendam banjir dan gagal panen yang menjadi faktor utama, seperti di Desa Keramat Baru, Martapura Timur dan Desa Tungkaran, Martapura.
“Kalau tidak salah, di tahun 2001-2005 masih banyak petani yang menanam padi di sini. Tapi kini sudah banyak ditinggalkan,” ucap salah satu petani, Muhammad, Kamis (18/9/2025).
Muhammad menuturkan, seringnya banjir membuat petani enggan kembali bertani di lahan ini.
“ Sering gagal panen, baru selesai tanam datang banjir. Akhirnya gagal panen,” ungkapnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Warsita tidak menampil hal tersebut.
Menurutnya, di Wilayah Martapura Timur, Martapura Barat, memang rentan terjadi bencana alam seperti banjir.
“Faktor alam, namun kita juga berupaya dengan beberapa program untuk membantu para petani seperti optimalisasi lahan, “ ujar Warsita.
Ia juga sangat prihatin terhadap kondisi sawah yang terdampak banjir, sehingga menyebabkan kerusakan terhadap tanaman padi.
“Saat ini memang sedang cuaca ekstrim. Karena itu bagi petani yang padi nya sudah bisa dipanen hendaknya jangan menunda. Panen segera,” tutupnya.
Dari pantauan di lapangan, kanan kiri Jalan Makam, Desa Tungkaran seluas mata memandang persawahan yang beberapa tahun lalu berisikan tanaman padi, kini hanya semak belukar. Puluhan hektar lahan sawah yang ada di wilayah Desa Keramat Baru, Kecamatan Martapura Timur dan Desa Tungkaran Kecamatan Martapura tersebut menurut warga sudah beberapa tahun terakhir tak lagi digunakan petani.
Ironisnya, puluhan hectare lahan yang dulunya persawahan subur tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas pengairan yang mumpuni. (spy)