spot_img

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya…Untuk Indonesia Raya

Bismillahirmannirahim
“BANGUNLAH JIWANYA..BANGUNLAH BADANNYA..UNTUK INDONESIA RAYA” Potongan syair lagu kebangsaan Indonesia ini dalam susunan baitnya mendahulukan kalimat “Bangunlah jiwanya baru kemudian disusul bangunlah badanya”

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Dalam syair di atas coba mari kita cermati dan renungkan. Kalimat “bangunlah jiwanya bangunlah badannya”, bagi saya jelas penuh arti yang mendalam.

Melalui syair ini saya seperti dingatkan bahwa jiwa itu adalah hal yang sangat penting, sebelum keadaan badan kita.

Sejalan dengan syair lagu Indonesia Raya, membangun jiwanya baru kemudian badan atau raganya. Makna tersebut memberikan pelajaran bahwasanya yang dibangun terlebih dahulu dan utama adalah jiwa, jiwa negeri yang letaknya ada dalam diri kita.

Jadi bangun dulu jiwa mu baru badan mu. Kemerdekaan juga diraih setelah para pejuang membangun semangat dari dalam jiwa masing-masing, baru kemudian menggerakkan badan atau beraksi. Walau berjuang hanya dengan babu runcing.

Kesehatan jiwa meliputi kesehatan mental, oleh karena itu lirik lagu tersebut sangat cocok dengan misi Revolusi Mental yang digalakkan oleh pemerintah sekarang di bawah pimpinan Joko Widodo dan KH Malruf Amin.

Jiwa yang sehat akan membawa kita pada kesadaran diri. Utamanya menyadari diri sebagai mahluk ciptaan yang paling mulia dan sempura dan arti dari sebuah kebenaran.

Beberapa waktu lalu saya menyaksikan sebuah peristiwa yang menurut saya sangat krusial. Dimana dalam sebuah pemenuhan persyaratan untuk menjadi seorang calon legislative salah satunya adalah dokumen kejiwaan. Untuk itu harus melalui rangkain test kejiwaan.

Baca juga  Sadar Hidup dan Tinggal Di Dunia Itu Sementara, Tapi..

Testnya pun sangat standar. Test tertulis dengan menjawab sesuai atau tidak sesuai untuk 500 lebih pertanyaan. Setelah itu baru memasuki sesi wawancara dengan sang dokter jiwa.

Sungguh negara sudah mempersiapkan semuanya. Utamanya bagi para calon-calon pemimpinan negeri ini. Tetapi apa nyana, tidak semua calon-calon pemimpin yang terdaftar sebagai peserta dan panitia test kejiwaan itu bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.

“Saya jadi tahu jika kerusakan tatanan politik kita memang sudah berawal dari awal. Baru bakal calon banyak oknum-oknum yang menjalankan proses pembuatan dokumen kejiwaan dilakukan secara sembarangan,” kata seorang bakal calon yang mengaku prihatin.

Contoh sebutnya, tidak semua bakal calon mengisi jawaban test tertulis sendiri. Lebih parah lagi orang lain yang mengisinya. Sudah begitu saat ditahapan proses wawancara mereka melaluinya dengan mulus.

Hasilnya? Silahkan nilai sendiri. Tetapi yang pasti untuk mewujudkan Indonesia Raya, bangsa ini membutuhkan para pemimpin yang memiliki jiwa sehat.

Banyak contoh yang telah dilakoni para pemimpin kita terdahulu. Jendral Soedirman walau fisiknya sakit-sakitan tetapi dengan jiwa yang sehat beliau berhasil membakar jiwa-jiwa para pejuang untuk melawan penjajah.

Saat ini, Bangsa Indonesia Raya yang kita cintai ini tengah bersiap-siap melaksanakan pesta demokrasi lima tahunan.

Pertanyaannya, bagaimana bisa negeri ini benar-benar menjadi RAYA tanpa pembangunan jiwa-jiwa merdeka sebagaimana isyarat yang disampaikan melalui Syair Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.  AFWAN

Wasaalam

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU