Minggu, September 8, 2024
BerandaLinkFemmeBilqis Abdul-Qaadir Pemain Basket Pertama Menggunakan Hijab

Bilqis Abdul-Qaadir Pemain Basket Pertama Menggunakan Hijab

Bilqis Abdul-Qaadir dibesarkan di Springfield, Massachusetts, yang merupakan tempat kelahiran bola basket. Sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara, Bilqis memiliki keinginan untuk menjadi pemain basket sama seperti saudara kandungnya yang lain. Bilqis sendiri mulai mengenakan hijab ketika dirinya masuk ke sekolah menengah.

Selain dari namanya, tidak ada yang tahu kalau Bisqis seorang Muslim sampai pada akhirnya dia memakai hijab. Pertama kali Bilqis mendengar rasisme seputar hijabnya adalah saat dia mengikuti pertandingan bola basket melawan tim Katolik di Massachusetts. Saat mengambil bola di pinggir lapangan, seorang anak dari tribun berteriak, “Kau terlihat seperti keponakan Osama bin Laden!”

Membuat Sejarah di NCAA (National Collegiate Athletic Association)

Menjadi perempuan Muslim pertama yang bermain bola basket dengan hijab dalam sejarah NCAA adalah kesempatan besar bagi Bilqis untuk mewakili agama Islam di panggung besar. Tapi, Bilqis merasa tidak sepenuhnya menyadari betapa berat bebannya yang ditanggung saat itu. Bilqis sadar, menjadi perempuan Muslim berkulit hitam membuatnya lebih banyak diawasi.

Bilqis mengungkapkan bahwa menjadi minoritas sangat sulit. Ada kalanya Bilqis harus meminjam ruang ganti tim lain untuk melakukan ibadah. Meski begitu, Bilqis mengakui bahwa dia menjadi lebih bangga dengan imannya dari waktu ke waktu.

Mempertanyakan Keyakinan dan Identitas sebagai Hooper Hijabi

Ketika Bilqis menentang peraturan Federasi Bola Basket Internasional yang melarang penggunaan tutup kepala tertentu, sejujurnya Bilqis siap untuk berhenti. Bilqis menyadari bahwa itu pemikiran yang egois dan mulai mempertanyakan imannya. Sepanjang karier sebagai pemain basket, Bilqis selalu menggunakan hijab.

Baca juga  Raih Emas, Basket Putri Indonesia Cetak Sejarah

Bilqis berusaha mencoba melakukan yang terbaik sebagai seorang perempuan Muslim dan mewakili keyakinannya. Tapi ketika Bilqis mencapai impiannya untuk bermain bola basket profesional, Bilqis tidak bisa bermain karena hijab yang dia pakai. Bilqis juga mulai mempertanyakan identitas dirinya dan dalam waktu yang lama, Bilqis dikenal sebagai hijabi hooper.

Buah dari Pengorbanan

Butuh waktu empat tahun bagi Bilqis hingga Federasi Bola Basket Internasional akhirnya menyetujui aturan baru yang memungkinkan pemain untuk memakai penutup kepala pada tahun 2017. Aturan tersebut tidak hanya berlaku bagi perempuan Muslim, tapi juga pria Sikh yang memakai sorban dan pria Yahudi yang memakai yarmulkes.

Mengesampingkan impian Bilqis untuk bermain secara profesional merupakan sebuah pengorbanan. Namun menurut Bilqis, pengorbanan tidak selalu berarti bahwa sesuatu yang lain itu lebih buruk dari apa yang kita lepaskan. Dalam kasus yang Bilqis alami, terkadang kita bisa melepaskan sesuatu yang kita sukai untuk sesuatu yang lebih baik.

Perubahan pada akhirnya dimulai di dalam rumah kita dan sebagai individu, apa yang dapat kita lakukan di komunitas kitalah yang dapat memberikan dampak terbesar. Itu mengajarkan anak-anak dan anggota keluarga kita untuk menerima orang dari semua lapisan masyarakat dan keputusan mereka. (net)

Sumber: Beautynesia.com

BERITA TERKAIT

TERPOPULER