Link, Banjarbaru – Independensi aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan hukum seadil-adilnya, terus diuji. Seperti halnya aparat kepolisian Polresta Banjarbaru yang kini tengah bekerja mengungkap perkara penganiyaan atas laporan Epni.
Epni, perempuan setengah baya mengaku menjadi korban pengeroyokan dan penganiyaan yang terjadi di kediamannya, kini tengah berjuang untuk mendapatkan keadilan dimata hukum.
Epni, Korban Pengeroyokan“Saya ini korban pengeroyokan yang dilakukan dengan penyerangan dan tindakan penganiyaan di rumah saya. Atas apa yang saya alami itulah, kemudian melaporkan tindakan pengeroyokan tersebut ke Polresta Banjarbaru. Tetapi anehnya kok malah saya yang dilaporkan sebagai penganiayaan,” ungkap Epni kepada sejumlah perwarta, Jumat 2 Desember 2022.
Sebelumnya, diberitakan LBH HAMI Kalimantan Selatan berbondong-bondong sambangi Polres Banjarbaru. Mereka meminta klarifikasi atas pelaporan dari klien meraka selaku korban pengeroyokan atas Epni yang terjadi pada Jumat 21 Oktober 2022 lalu.
Ketua LBH HAMI Kalimantan Selatan Jeffri Halim selaku kuasa hukum korban mengatakan, klarifikasi itu diminta pihaknya lantaran proses hukum di Polres Banjarbaru membingungkan.
“Karena dari korban ini belum jelas tingkat penyidikannya seperti apa, tiba-tiba saja malah korban ini sekarang menjadi terlapor. Sedangkan korban sendiri informasinya belum dilakukan pemeriksaan sama sekali, sebagai terlapor,” ungkapnya kepada Linkalimantan.com, di Kantor Polres Banjarbaru Jumat 2 Desember 2022.
Epni, warga Komplek Perumahan Guru SD Guntung Manggis 1, RT 7, RW 6. Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin ini pun menceritakan kejadian pengeroyokan terhadap dirinnya. Yakni terjadi pada saat dirinya menjaga kantin di SD, lalu memberikan teguran kepada 2 orang anak pelaku.
“Saya cuman menyampaikan kepada anak itu untuk tidak bertingkah yang enggak-enggak nanti kalau bertingkah yang enggak-enggak teman kamu ikutan. Begitu saja yang saya sampaikan waktu pagi tanggal 21 Oktober 2022,” ungkapnya.
Lalu dihari yang sama juga setelah dirinya menegur kata Epni, siang hari datang kedua orang tua dan juga kaka dari anak tersebut dikediamannya.
Pada saat mereka datang lanjut Epni, dirinya kebetulan kala itu masih didalam kamar. Namun ayah dari anak itu sudah berada di dalam ruangan saya. Karena kaget, suami Epni langsung menemui terlebih dahulu.
“Suami saya bertanya, ada apa? Ayah anak itu menjawab dengan suara lantang, Mana istri mu. Pertanyaan itu diulang sampai 3 kali,” ceritanya.
Lalu saya dipanggil sama suami saya ceritanya lebih lanjut.
“Saya pun keluar kamar ketika melihat, saya juga kaget dan bertanya ada apa? Lalu ayah dari anak itu memukul saya sembari mengeluarkan suara tinggi. Saya bertanya ada apa ini? Dia malah mau mukul saya lagi dihalau sama suami saya,” lanjutnya.
Setelah itu, beber Epni, dirinya dan orang tua anak tersebut, keluar dari kediamannya dan duduk bersama karena dikira mau bicara baik-baik saja.
“Setelah keluar istrinya lagi yang membentak saya dan menuduh memarahi anaknya. Saya bilang saya tidak ada memarahi anak kamu. Nah disitu dia bilang bahwa anaknya tidak mungkin berbohong,” katanya bercerita.
Mendapatkan handikan itu, Epni berdiri dan menanyakan maunya bagaimana.
“Dia juga berdiri lalu seketika itu rambut saya di Jambak langsung oleh ibu dari anak itu. Saat itu juga seketika suaminya memegang tangan saya, dan muka saya dihempaskan ke tembok kusen dan mengalami luka sampai berdarah,” bebernya.
Lalu kata Epni menambahkan atas kejadian itu pada tanggal 21 itu juga dirinya langsung bergegas melaporkan permasalahan tersebut kepada pihak berwajib.
“Malam hari itu juga saya dimintai keterangan, oleh pihak berwenang, namun suami saya sudah dua kali dipanggil sebagai saksi,” bebernya
Namun saat ini, Epni mengaku sangat terkejut kalau dirinya ternyata dilaporkan oleh pelaku karena dituduh sebagai pelaku juga.
“Saya bingung dari mana saya melakukan penganiyaan sementara ketika kejadian saya saja tidak bisa melawan. Karena tangan saya dikunci oleh ayah si anak, dan ibu anak yang menjebak serta membenturkan muka saya ke dinding Kosen,” akunya. (oetaya/BBAM)