Link, Martapura – Dampak Perubahan Iklim (DPI), terserang hama tungro (Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada 2022, disebut menjadi faktor terjadinya inflasi beras.
Pelaksanaan Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar, Ahmadi menjelaskan ada beberapa faktor terjadinya inflasi harga beras di Kabupaten Banjar. Diantaranya DPI, terserang hama tungro OPT pada 2022 kemarin.
“Total luasan tanam pada 2022 lalu sekitar 67.413 Hektare, terdiri dari tanaman padi unggul seluas 4.138 Hektare (10%), tanaman padi lokal 63.387 Hektare. Sedangkan untuk luasan panen hanya 41.447 Hektare, produksi Gabah Kering Giling (GKG) 141.592,25 Ton,” ujar Ahmadi kepada klikkalimantan.com
Kendati demikian, Ahmadi memastikan bahwa stok beras di Kabupaten Banjar masih surplus. Sebab, berdasarkan data produksi beras tercatat sebanyak 83.776,96 Ton beras.
“Data konsumsi kita (Kabupaten Banjar) hanya 65.254,21 Ton beras. Jadi, neraca kita sebenarnya masih aman, yakni 18.522,75 Ton beras. Sedangkan jumlah penduduk hingga Desember 2022 lalu terdata 589.983 Jiwa,” jelasnya.
Kenapa harga beras di Kabupaten Banjar terjadi lonjakan?
Ahmadi menjelaskan, beras di Kabupaten Banjar tidak hanya dikonsumsi masyarakat lokal saja. Namun, juga dikonsumsi masyarakat di luar daerah, seperti Kota Banjarbaru, Banjarmasin, dan daerah lainnya sehingga terjadi inflasi.
“Karena itu, meskipun surplus, kita masih tidak dapat mengkalkulasikan berapa kecukupan konsumsi beras di Kabupaten Banjar, karena daerah lain juga membutuhkan. Terlebih, produksi beras di 2022 mengalami penurunan sekitar 16% dibandingkan dengan 2021 lalu, yang angka produksinya mencapai 191.000 Ton dampak perubahan iklim dan serangan OPT,” ucapnya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian 2022, tercatat seluas 1.839,69 Hektar lahan pertanian di Kabupaten Banjar, baik di wilayah Kecamatan Martapura Barat, Gambut, Beruntung Baru, dan Tatah Makmur terserang hama tungro pada Oktober – November 2022 lalu. Puso 311 Hektare.
Sedangkan, kondisi pertanian yang terdampak perubahan iklim terdata 1.116,7p Hektare. Puso 122 Hektar.
“Total sekitar 2.956,39 hektar sektor pertanian kita yang terdampak. Sedangkan yang puso 433 hektare,” pungkasnya.(zainuddin/BBAM)