Musim kemarau mulai terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu yang harus diwaspadai dari musim ini adalah serangan berbagai penyakit musim kemarau. Utamanya ketika cuaca dingin yang tidak mampu ditolerir oleh tubuh manusia.
Pada kondisi cuaca dingin yang terjadi pada musim kemarau jika tidak diwaspadai akan mengakibatkan gejala yang sering disebut dengan Frostbite.
Penyebab Frostbite, atau kerusakan jaringan akibat suhu dingin yang ekstrem, dapat terjadi ketika tubuh terpapar pada suhu rendah dalam waktu yang lama.
Faktor Penyebab
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gejala :
- Paparan Suhu Dingin yang Ekstrem
Paparan langsung pada suhu dingin yang ekstrem adalah faktor risiko utama yang menyebabkan frostbite. Ketika tubuh terkena suhu di bawah titik beku air (0 derajat Celsius), pembekuan dapat terjadi dalam jaringan tubuh, menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan.
Paparan suhu rendah yang berkepanjangan meningkatkan risiko terjadinya serangan. Aktivitas di luar ruangan dalam cuaca yang sangat dingin tanpa perlindungan yang memadai dapat meningkatkan risiko ini.
- Kelembaban Tinggi
Kelembaban tinggi juga menjadi faktor risiko yang berperan dalam terjadinya serangan. Tingkat kelembaban yang tinggi membuat kulit menjadi lebih rentan terhadap kerusakan akibat suhu dingin.
Partikel air dalam udara yang lembab dapat mempercepat proses pembekuan pada jaringan tubuh saat terpapar suhu dingin.
Oleh karena itu, daerah dengan kelembaban tinggi memiliki potensi lebih tinggi untuk mengalami frostbite, terutama jika suhu udara juga rendah.
- Paparan Angin Kencang
Angin kencang adalah faktor risiko tambahan yang dapat memperburuk efek suhu dingin dan meningkatkan risiko frostbite.
Angin kencang menghilangkan lapisan isolasi udara yang ada di sekitar tubuh, membuat suhu terasa lebih rendahdaripada yang sebenarnya.
Hal ini menyebabkan hilangnya panas tubuh dengan lebih cepat dan meningkatkan risiko pembekuan pada jaringan tubuh. Kondisi seperti ini sering terjadi di daerah pegunungan atau daerah terbuka yang terpapar angin yang kuat.
- Pakaian yang Tidak Memadai
Penggunaan pakaian yang tidak memadai dalam cuaca dingin juga merupakan faktor risiko yang signifikan dalaterjadinya frostbite.
Pakaian yang terlalu tipis atau tidak cukup melindungi tubuh dari suhu dingin meningkatkan risiko paparan langsung pada suhu rendah.
Mengenakan pakaian yang tidak dapat menahan panas tubuh dengan baik dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh secara cepat dan mempercepat proses frostbite.
- Kondisi Medis dan Gaya Hidup
Beberapa kondisi medis dan gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko terjadinya frostbite. Orang dengan penyakit peredaran darah yang buruk, seperti penyakit arteri perifer, memiliki risiko lebih tinggi terkena frostbite.
Kondisi medis yang menghambat sirkulasi darah, seperti diabetes, juga dapat meningkatkan risiko ini. Selain itu, penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh dan mengurangi kesadaran akan suhu dingin juga dapat meningkatkan risiko terjadinya frostbite.
- Aktivitas di Lingkungan yang Ekstrem
Aktivitas di lingkungan yang ekstrem, seperti pendakian gunung, petualangan di kutub, atau olahraga musim dingin, juga dapat meningkatkan risiko terkena frostbite.
Paparan pada suhu rendah dan kondisi lingkungan yang tidak terkendali meningkatkan kemungkinan terjadinya frostbite.
Pada aktivitas-aktivitas ini, penting untuk mempersiapkan diri dengan baik dan menggunakan perlengkapan pelindung yang memadai
Pada akhirnya, mengenali faktor risiko yang menyebabkan frostbite sangat penting untuk mencegah terjadinya kondisi ini.
Langkah-langkah pencegahan seperti mengenakan pakaian yang hangat dan sesuai, melindungi diri dari angin kencang, dan menghindari paparan suhu dingin yang ekstrem dapat membantu mengurangi risiko frostbite.
Dalam situasi lingkungan yang ekstrem, penting untuk selalu memperhatikan gejala awal frostbite dan segera mencari tempat yang hangat jika gejala tersebut muncul. (nana)