spot_img

Gugur Daun Harga Karet Petani Balangan Turun

Link, Balangan – Gugur daun pada tanaman karet petani Kabupaten Balangan bukan hanya berdampak pada mengecilnya volume latex karet hasil sadapan, tetapi juga dibarengi dengan menurunnya harga karet di pasaran.

Belakangan ini harga karet petani Kabupaten Balangan di pasaran mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya menurut para petani adalah gugur daun yang biasa terjadi di musim kemarau.

“Saat ini harga karet di pasaran menurun menjadi Rp4000 ribu-Rp5000 ribu per kilo gramnya,” ungkap Sadiah, seorang petani karet di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan (Parsel), sebagaimana dilansir klikkalimantan.com, akhir pekan tadi.

Sadiah menuturkan, saat ini harga karet sangat murah tak sebanding dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok. Bahkan, hanya untuk sekadar membeli 1 Kg gula pasir misalnya, ia harus mengumpulkan 3 Kg karet baru dapat membeli kebutuhan pokok itu.

Selain harga karet yang murah, hasil latek karet juga berkurang akibat musim kemarau. Tak hanya berkurang, kualitas lateknya sangat encer hingga bila dibekukan beratnya merosot.

“Penghasilan saya menyadap karet paling banyak Rp50 ribu, itu pun hasil sadapan selama tiga hari. Artinya saban hari pendapatan saya menyadap karet cuma Rp15 ribu,” ujar Sadiah di Desa Panggung, Rabu (6/9).

Baca juga  Jalan Trikora Banjarbaru Diperbaiki

Kabid Perkebunan DKP3 Balangan, Mahrita membenarkan bahwa turunnya harga karet dikarenakan kualitas getah yang kurang baik dan adanya wabah penyakit menyerang tanaman tersebut.

“Saat ini harga karet memang turun. Ini terjadi karena dipengaruhi oleh kualitas getahnya yang kurang baik serta adanya wabah penyakit gugur daun dan akar putih yang menyerang tanaman itu. Ditambah cuaca panas juga berpengaruh terhadap tanaman karet,” kata Mahrita.

Namun, tutur Mahrita, setelah diserang berbagai penyakit itu, pihaknya telah berusaha dan berupaya melakukan tindakan dengan membekukan karet, misalnya dengan menggunakan asap cair. Upaya menggunakan asap cair itu, sebenarnya telah disosialisasikan kepada kelompok petani karet, tetapi sampai sekarang para petani tidak melakukannya dengan alasan pembekuan menggunakan asap cair membuat timbangan karet menjadi lebih ringan.

“Para petani karet lebih memilih membekukan karet dengan pupuk SP36 karena lebih berat daripada dengan asap cair, sehingga akan berpengaruh terhadap timbangan karet itu sendiri,” terang Mahrita. (wahyu/BBAM)

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU