Link, Banjarmasin – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) memastikan bahwa harga dan pasokan komoditas strategis, khususnya gula konsumsi dan minyak goreng, masih dalam kondisi terkendali di tengah fluktuasi distribusi nasional.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalsel, Ahmad Bagiawan, menegaskan hal tersebut usai menghadiri High-Level Meeting yang digelar Bank Indonesia, yang membahas isu-isu aktual harga pangan beberapa saat yang lalu.
“Secara umum harga gula di daerah kita masih stabil, meskipun ada kenaikan tipis di angka Rp17.630,00 per kilogram untuk kemasan curah, sedikit diatas harga acuan Rp17.500,00. Kenaikan ini disebabkan menurunnya pasokan dari Pulau Jawa akibat faktor cuaca dan distribusi,” ujar Ahmad Bagiawan, Senin (28/7/2025).
Menurutnya, pasokan gula ke Kalimantan Selatan masih bergantung dari luar pulau, yang membuat distribusinya rentan terhadap gangguan laut seperti gelombang tinggi. Namun demikian, pihaknya terus memantau pergerakan harga agar tetap sesuai dengan harga acuan pemerintah.
Sementara untuk komoditas minyak goreng rakyat ‘Minyak Kita’, Bagiawan menyebutkan bahwa ketersediaannya masih aman di Kalsel, meskipun ada tantangan dalam proses repacking (pengemasan ulang) karena kendala perizinan.
“Kami sempat menghadapi kendala moratorium izin repacking. Tapi Insya Allah Agustus nanti moratorium dicabut dan proses pengemasan minyak curah menjadi ‘Minyak Kita’ bisa kembali berjalan normal,” jelasnya.
Pasokan minyak goreng ke Kalsel selama ini juga masih berasal dari provinsi tetangga. Namun Bagiawan menegaskan, Kalsel punya potensi besar untuk mandiri dalam produksi minyak curah melalui dua pemasok utama yang berbasis di Tarjun dan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu.
“Kita patut bangga, Kalimantan Selatan sebenarnya sudah memiliki sentra penghasil minyak curah yang sangat potensial. Ini bisa jadi kekuatan distribusi dalam jangka panjang,” tambahnya.
Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel memastikan akan terus bersinergi dengan pihak produsen dan pemerintah pusat untuk menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momentum penting di bulan Agustus yang biasanya diiringi lonjakan konsumsi masyarakat. (tri)