Link, Martapura – Gubernur Kalsel H.Sahbirin Noor atau Paman Birin melalui Plt. Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat, Ahmad Solhan menghadiri peringatan wafat (haul) ke-47 KH. Abdul Qadir Hasan atau yang dikenal dengan Guru Tuha di Jalan Masjid Agung Al-Karomah, Desa Pasayangan Utara, Martapura, Selasa (23/1) pagi.
Ahmad Solhan yang juga Kadis PUPR Kalsel nampak khusyuk mengikuti seluruh rangkaian haul, mulai dari pembacaan Maulidurrasul, surah Yasin, Tahlil dan doa.
Haul ini juga turut dihadiri sejumlah ulama, para guru Pondok Pesantren Darussalam, santri, dan masyarakat sekitar.
Guru Tuha adalah pimpinan umum periode ke-4 Pondok Pesantren Darussalam Martapura menggantikan K.H. Kasyful Anwar pada tahun 1940-1959.
Sebagaimana yang selalu disampaikan Paman Birin dalam berbagai kesempatan, Banua Kalsel banyak melahirkan ulama, antara lain Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampayan), KH Syarwani Abdan, KH Badaruddin, KH Zainal Ilmi, KH Zaini Bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul), dan lainnya.
Peran dan jasa ulama bagi masyarakat Kalsel sangat besar, mulai dari masa kesultanan hingga sekarang, mereka menyebarkan ilmu agama dan memberi teladan Akhlakul Karimah, hingga pemikir untuk pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan.
“Hendaknya kita mewarisi nilai-nilai luhur yang diwariskan ulama,” ujar Paman Birin.
Diketahui, Martapura dikenal dengan sebutan kota Serambi Mekkah yang melahirkan banyak ulama, dan salah satunya adalah KH Abdul Qadir Hasan yang wafat, Sabtu, tanggal 11 Rajab 1398 Hijriyah/17 Juni 1978 Masehi.
KH. Abdul Qadir Hasan atau yang dikenal dengan Guru TuhaKH Abdul Qadir Hasan merupakan seorang pejuang dan salah satu pendiri Organisasi Nahdatul Ulama (NU) di Kalimantan sehingga dikenal masyarakat provinsi setempat.
Abdul Qadir Hasan adalah seorang ulama besar dari Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan di desa Tunggul Irang sekitar tahun 1891, ayahnya adalah Hasan Ahmad. K.H. Abdul Qadir Hasan terkenal dengan panggilan “Guru Tuha”. Dia pernah belajar agama di Pesantren Tebu Ireng Jombang pimpinan Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari dan Pondok Pesantren Salafiyah Bangkalan Madura pimpinan Kyai Kholil.
Guru Tuha juga merupakan pendiri cabang Nahdlatul Ulama (NU) di Kalimantan Selatan pada tahun 1928, dimana cabang ini merupakan cabang NU pertama di luar pulau Jawa.
Dia juga belajar agama di Madrasah Salatiah, Mekkah, Arab Saudi. Di kampung halamannya beliau belajar agama dengan Tuan Guru Abdurrahman (Guru Adu) dan Tuan Guru Kasyful Anwar, Mu’assis Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Disamping pernah belajar agama di beberapa tempat, K.H. Abdul Qadir Hasan juga mempunyai pengalaman di bidang pendidikan dan politik. Di bidang pendidikan beliau pernah menjadi tangan kanan KH. Kasyful Anwar dalam mengelola Pondok Pesantren Darussalam Martapura (1922-1940) dan menjadi pimpinan umum periode ke-4 pondok pesantren tersebut menggantikan K.H. Kasyful Anwar yakni tahun 1940-1959. (tri)