Link, Martapura – Ida Widiansyah, petani milenial asal Kabupaten Banjar, Kalsel berhasil menjadi Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025, pada Grand Final Young Ambassador Agriculture 2025, oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Keberahasilan Ida Widiansyah sebagai YAA 2025 karena dinilai sukses mengelola beras kemasan asal Kecamatan Karang Intan.
Ida Widiansyah bersama 25 finalis lain dari 50 petani milenial perwakilan 19 provinsi di Indonesia berhasil terpilih melalui serangkaian penilaian oleh dewan juri selama 2 hari.
Ida mengatakan, terpilihnya ia menjadi YAA 2025 dari Kementan dilihat dari segi omzet dan berskala kecil. Meski berskala kecil namun kebermanfaatan dan pemberdayaan masyarakat serta produk yang unik khas daerah beras lokal Banjar berkemasan.
“Kelihatannya sepele tapi unik, jarang anak muda yg mau bergelut di dunia pertanian. Alhamdulillah saya tidak menyangka bakal terpilih, karena dari segi omzet saya paling sedikit dari finalis lainnya. Para pesaing saya omzetnya sampai miliaran,” tuturnya.
Raihan prestasi Ida bukan semudah membalikkan telapak tangan, ia merintis dari nol. Bukan mendapatkan permodalan dari orang tua ataupun mendapatkan warisannya, akan tetapi ia menggarap lahan milik orang lain.
Sementara Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian di lingkungan Kementerian Pertanian Idha Widi Asanty mengatakan, swasembada pangan adalah sebuah keharusan, dimana Kementerian dan Young Ambassador Agriculture didorong untuk berprestasi di sub sektornya masing-masing, termasuk Brigade Pangan.
Dikatakan, 140 juta penduduk Indonesia adalah angkatan kerja yang masuk ke dalam angkatan gen z. Akan tetapi data Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 6 juta petani milenial yang ada, lalu kemana 134 juta lainnya. Menurutnya, peran dari YAA yang saat ini sudah berjumlah 150 orang sejak tahun 2022 sangat diharapkan untuk memberikan sumbangsih yang signifikan mengajak anak muda lainnya bekerja disektor pertanian.
“Ini menjadi tantangan bagi Young Ambassador Agriculture untuk bisa mengajak berjuta-juta lainnya untuk menjadi petani milenial,” tuturnya.
Lebih jauh dikatakan, apa yang menjadi usaha para YAA di lapangan harus konkret, tidak pantang menyerah dengan kondisi lapangan dan diharapkan akan semakin berkembang hingga bisa melakukan ekspor. (tri)