Bismillahirrahmanirrahim
Ujian hidup ini bukan arena persaingan, bukan tentang siapa yang lebih dulu sampai ke garis finish, melainkan tentang bagaimana kita memahami perjalanan yang diberikan khusus untuk kita.

Safariyansyah, Budayawan Spiritualis
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
Melanjutkan kajian soal kehidupan, kali ini Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna seorang Birokrat Spiritualis mebahas lebih detail lagi tentang ujian dalam menjalani kehidupan. Berikut nukilannya.
Setiap kita melihat seseorang lebih sukses. Apa yang dirasakan? Iri kah? Takut tertinggal kah? Merasa tidak cukup baik kah? Ini semua karena mengira bahwa hidup ini adalah kompetisi dalam sebuah arena persaingan (padahal ini ujian).
Dalam ujian, tidak ada yang lebih cepat menang. Satu-satunya hal yang penting adalah; Apakah kau berhasil memahami soal yang diberikan kepada mu atau tidak.
Tuhan tidak sedang memperbandingkan hidup mu dengan hidup orang lain. Dia tidak menilai siapa yang lebih cepat kaya, siapa yang lebih dulu menikah, atau siapa yang paling populer. Dia menilai, apakah kau bisa menyelesaikan ujian mu dengan benar. Tetapi lihatlah dunia ini betapa banyak orang yang justru sibuk berlari tanpa tujuan mengejar kehidupan orang lain, seolah-olah ada standar tunggal yang harus mereka ikuti. Mereka lupa, bahwa setiap jiwa datang dengan ujian yang berbeda dengan soal yang telah disesuaikan denganı jiwanya masing-masing
Bayangkan, seseorang yang memiliki ujian tentang kesabaran tápi dịa justru sibuk meniru mereka yang ujianrıya tentang kekayaan. Nah, apa yang terjadi? Dia frustas! Stress, tidak pernan merasa cukup, dan selalu merasa gagal. Padahal dia sedang berusaha menjawab soal yang sebenarnya bukan miliknya.
Ini seperti seorang yang mencoba berenang atau seorang pemanah yang mencoba menerangkan pertandingan tinju. Bukan karena mereka hendak memilik bakat, tapi karena mereka berada di arena yang salah. Dan begitulah kebanyakan manusia. Mereka tersesat dalam kompetisi yang bahkan tidak dimaksudkan untuk mereka sejak awal
Lalu bagaimana dengan mu? Apakah kau sedang berusaha menjawab soal Yang memang ditulis untuk mu? Atau kau masih sibuk meniru mentah-mentah dari jawaban orang lain?
Setiap orang memiliki ritme yang berbeda. Ada yang diuji dengan kemiskinan di awal hidup nya, ada yang diuji dengan kesepian di tengah usianya, adapula yang diuji dengan kejayaan rang ternyata menjadi bumerang.
Jika kau terus membandingkan diri mu dengan mereka yang ujiannya tidak sama, maka selama Itulah kau akan terus merasa gagal, kau akan terus merasa tidak cukup. Padahal yang salah bukanlah diri mu, melainkan “cara mu melihat kehidupan in” (ujian mu telah dirancang sempurna untuk mu, tapi jika kau terus membandingkan, terus meniru (mencontek), kau akan selamanya merasa tidak cukup baik).
Palam ujian hidup ini yang terpenting bukan siapa yang bisa sampai duluan, tapi siapa yang memahami soal yang diberikan. Oleh karena itu seseorang yang memiliki kedalaman batın tidak hanya cerdas dalam berpikir, tetapi juga bijak dalam meriyikapi kehidupan.
Pemahaman mendalam bukan sekadar akumulası wawasan, tetapi kemampuan menangkap makna tersembunyi di balik setiap peristiwa. la menuntut kejernihan hati, ketajaman intuisi dan kebijaksanaan dalam bertindak.
Dalam tradisi spiritual, pencerahan dipandang sebagai cahaya yang menerangi jalam menuju keseimbangan dan ketenangan batın, membebas kan manusia dari kebingungan serta membawa kedamaian dalam setiap langkahnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Albaqarah disebutkan;
“Dia (Allah) memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak (melimpah)”.
Pencerahan sejati adalah anugerah berupa hikmah, bukan kemenangan dalani kompetis: (persaing an)
Palam ayat in menjelaskan bahwa hikmahitu apa? Hikmah adalah cahaya yang menembus batas-batas pemikiran dangkal, membimbing seseorang memahami hakikat di balik setiap peristiwa. la bukan sekadar penguasaan konsep, tetapi kemampuan melihat keteraturan dalam ketetapan. Meresapi makna di balık kejadian, dan menemukan keseimbangan antara kebijaksanaan dan kerendahan hati.
Tidak selalu berakar pada semua pemahaman melahirkan kebijaksanaan, tetapi kebijaksanaan berakar pada kedalaman makna dan kejernihan hati. Anugerah ini mengangkat seseorang menuju kesadaran yang lebih tinggi, membebaskannya dan belenggu ego, dan menuntunnya pada jalan kebaikan yang hakiki
AFWAN
WASSALAM

