Bismillahirrahmanirrahim
Budayawan Spiritual, Safariyansyah
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Rasulullah Bersabda “Semua Urusan Bila Tidak Dimulai Dengan Bismillah Akan Terputus (Tidak Langgeng Urusannya)”
Pemilihan kepala desa serentak se Kabupaten Banjar yang melibatkan 117 Desa dengan 380 calon telah usai siang tadi (Kamis, 17 November 2022). Alhamdulillah semua berjalan sesuai dengan agenda yang telah disusun.
Di moment penting sebuah desa memilih pimpinannya untuk masa bhakti enam tahun telah berlalu.
Pertanyaannya sudahkan ajaran Sayyidul Wujud Rasulullah SAW dalam pengaplikasian kalimat Bismillahirrahmanirrahim menyertai proses demokrasi kita?
Mungkin pertanyaan saya ini bagi sebagian pembaca recehan. Tetapi ketahuilah tidak sedikit ajaran kalimat mulia ini telah disampaikan para tokoh agama dan tokoh masyarakat kita, utamanya para aulia yang ada di Tanah Wali Kota Serambi Makkah Martapura. Baik disampaikan melalui aktivitas maupun tertulis jelas dalam tulisan (kitab).
Kalau soal yang satu ini, kira-kira adakah yang berani mendebatnya? Sebagai “urang Banjar” tidak mungkin berani menghual ajaran-ajaran para aulia ini. Yang mungkin adalah tidak mengerjakannya. Atau kadang-kadang mengerjakan tetapi lebih banyak “kada ingatnya”.
Beberapa hari yang lalu saya sebagai seorang budayawan spiritual banyak terlibat diskusi dengan beberapa orang yang merasa kultur budaya warisan “tetuha” kini telah terabaikan.
Salah satunya ajaran “tetuha” yang sangat..sangat..sangat mendasar. Yakni mengucap kalimah mulia Bismillahirrahmanirrahim setiap ingin memulai sebuah aktivitas.
Karena itulah kata sahabat saya yang juga lawan diskusi ini jangan salah jika banyak terjadi fenomena alam yang dahulu-dahulunya sangat jarang terjadi. Itu semua karena kita sudah terlalu banyak mengabaikan “pepadah tetuha” yang sejatinya ajaran Islam.
Kontan saya pun sepakat dengan alibi ini. Alasannya sederhana, di dalam Kitabullah (Alqur’an) bukankah selalu didahului dengan kalimat Bismillah. Sedangkan sebagai Urang Banjar sendi-sendi kehidupan didasarkan dengan ajaran Islam (soal ini banyak referensi budaya Banjar baik tertulis maupun tidak tertulis menjadi tonggak kehidupan kultur budaya)
Merujuk dari apa yang tersaji dalam Kitabullah, bagaiman mungkin sebuah aktivitas yang tidak diawali dengan kalimat Bismillah bisa mendapatkan keberkahan? Sebaliknya yakinlah hanya kemurkaan yang akan kita dapatkan. Tak terkecuali urusan berpolitik, sekali pun hanya se kelas Pilkades.
Baik, kita kembali ke soal Pilkades. Ya, tadi pagi hingga sore hari di 117 desa yang ada di Kabupaten Banjar telah melaksanakan pesta demokrasi tinggat desa. Ada 380 orang yang terlibat dalam “memperebutkan” kursi jabatan yang dinamai Pembakal (Kepala Desa).
Trik dan intrik jauh-jauh hari sudah dilakukan seluruh kandidat dan kroni-kroninya. Bermacam cara mereka lakukan demi untuk memanangi kontestan 6 tahunan itu. Semua sudah berlalu, secara hukum negara proses berjalan baik.
Bagi sebagian pelakunya, nafsu menjadi seorang kepala desa menjadi obsesinya. Tetapi saya berkeyakinan tidak sedikit masyarakat yang menjadikan moment ini sebagai wujud pengaplikasian ajaran-ajaran “tetuha” mengucap kalimat Bismillah.
Saya yakin itu. Karena seorang sholeh tidak mungkin menggadaikan keimanannya hanya untuk urusan pilkades.
“Jadi nda jadi bukan tujuan. Keridhoan Allah dan Rasulullah jauh lebih berharga” Kalimat inilah yang berulangkali saya terima tat kala bersilaturahmi dengan para PECINTA.
AFWAN, WASSALAM