Bismillahirrahmanirrahim
Hati manusia itu seperti tanah, apa pun yang di tanam di dalamnya, itulah yang akan tumbuh. Jika kau tanam kebencian, maka kebencian itulah yang akan tumbuh subur. Jika kau tanam kedengkian, maka hidup mu akan dipenuhi iri hati, akan tetapi jika kau tanam kebaikan, maka kebaikan itu akan selalu datang kepada mu, entah dari manapun asalnya.
Safariyansyah, Budayawan Spiritualis
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
Dalam kehidupan bersosial masyarakat, iri, dengki, benci dan kebaikan sudah pasti menjadi bagian yang terjadi saban waktu. Nah, dalam sebuah kesempatan Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna yang seorang Birokrat Spiritualis itu semua dikupas dalam kajian ilmiah yang begitu nyaman. Melalui bahasa-bahasa lugasnya DR Mada memaparkan sebagaimana nukilan berikut ini.
Mayoritas orang tidak sadar bahwa mereka sendirilah yang menentukan apa yang tumbuh di hati mereka. Yang mereka lakukan adalah menyiram kebencian itu setiap hari, lalu heran kenapa hidup mereka selalu dipenuhi amarah? Mereka memberinya pupuk pada dendam, mereka lalu mempertanyakannya kenapa hidup mereka tidak pernah damai?
Apa yang masuk ke dalam hati mu akan menentukan bagaimana kau melihat dunia ini. Jika kau terus isi hati mu dengan kebencian, maka semua hal akan terlihat buruk di matamu. Jika kau isi hati mu dengan cahaya, maka kau akan selalu bisa melihat sisi baik dari segala hal.
Jadi, sebelum kau salahkan dunia atas hidup mu yang berantakan, maka lihatlah dulu apa yang sudah kau tanam di dalam hatimu.
Apakah kau ingin hidup mu penuh dengan cahaya? Jika ya, makanya stop memberi makan kegelapan.
Melalui sebuah ayat di dalam Kitabullah, dalam firmannya disebutkan “Dan demi jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.
Ayat ini memiliki makna yang dalam tentang bagaimana Allah memberikan potensi baik dan buruk da-lam diri manusia, dan tugas kita adalah menyucikan hati agar kebaikanlah yang menang.
Dalam setiap jiwa, Allah telah mengilhamkan potensi untuk kebaikan (takwa) dan keburukan (kujur) mereka yang menyucikan jiwa akan beruntung, sementara mereka yang mengotorinya akan merugi
Intinya: Hati adalah medan pertempuran antara kebaikan dan keburukan yang keduanya mencari tempat, tapi manusialah yang menentukan siapa yang akan berkuasa.
AFWAN
WASSALAM