spot_img

Komoditi Jeruk Astambul yang Kian Meredup

Link, Martapura – Era keemasan komoditi Jeruk Astambul kini memang telah redup seiring matinya ratusan ribu pohon akibat bencana banjir yang melanda Kabupaten Banjar berkepanjangan. Namun petani di Kecamatan Astambul kini mulai bangkit untuk kembali menanam jeruk.

“Sebelum pohon jeruk kami mati terendam banjir, kami memiliki kurang lebih seribu batang pohon jeruk keprok. Itu usianya beragam. Ada yang sudah berkali-kali pane nada juga yang belajar berbuah. Semuanya musnah akibat terendam banjir berkepanjangan,” ungkap Bain, petani jeruk Desa Sungai Tuang, Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar.

Menurut petani yang sudah menggeluti komoditi jeruk puluhan tahun ini mengungkapkan, pasca banjir  mereka kembali melakukan penanaman bibit baru. Namun sebagian besar gagal berkembang dan mati.

“Tanaman jeruk baru memang tidak sedikit. Namun usia pohonnya relative singkat. Bahkan ada mati sebelum berbuah. Macam-macam penyebabnya. Daun yang tak kunjung hijau atau batang berlendir yang pada akhirnya pohon pun mati,” ungkapnya.

Baca juga  Nilai Tukar Petani Kalsel Naik 1,21 Persen

Hal senada diungkapkan Supian, petani Jeruk di Desa  Sungai Alat, Astambul. Sampai saat ini para petani jeruk masih terus berupaya untuk tetap menanam. Namun karena tingginya resiko kegagalan, tidak sedikit petani yang menyelingi lahan-lahannya dengan komoditi lain.

Pepaya menjadi pilihan petani untuk menyelingi komoditi Jeruk Astambul.

“Tanpa meninggalkan jeruk, saat ini papaya menjadi komoditi yang paling banyak ditanam. Alhamdulillah hasilnya cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Bain dan Yayan sama-sama menegaskan tak jera untuk kembali menanam jeruk. Hanya saja sejauh ini mereka belum mendapatkan bibit yang benar-benar bebas dari penyakit.

“Kami akan terus menanam. Apalagi dahulu jeruk menjadi penopang perekonomian utama bagi kami,” ujarnya. (spy)

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU