Bismillahhirahmannirahim
Tak lama lagi pesta demokrasi rakyat Bangsa Indonesia segera dilaksanakan, tepatnya Februari 2024 mendatang. Sebuah momen penting pertaruhan bagi kita Ummat Islam. Baik sebagai manusia ciptaaNya maupun sebagai anak bangsa yang berkewajiban untuk mencintai negerinya.
SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Panggung politik se antero negeri nyaris tak berbeda. Seluruh pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pesta demokrasi lima tahunan ini berupaya semaksimal mungkin mempersiapkannya. Demikian juga di ranah Negeri Serambi Makkah, Kota Martapura Kabupaten Banjar, Kalsel.
Berjuluk Negeri Serambi Makkah karena seluruh sisi kehidupan negeri yang didikan para WaliAllah ini tentu tak terlepas dari ajaran-ajaran Agama Islam. Termasuk dalam komposisi porsi kursi-kursi jabatan politik di negeri ini.
Beberapa periode lalu kehadiran para ulama dan mantan birokrat terasa kental. Baik pada posisi jabatan eksekutif apalagi legislative. Semua berjalan dengan damai walau perbedaan diantaranya acapkali terjadi. Namun semua bisa terselesaikan dengan begitu indahnya.
Belakangan nuansa keindahan nyaris tak lagi terlihat dalam kehidupan politik di Negeri Serambi Makkah. Saling salahkan, saling sikut hingga saling menjatuhkan satu dengan lainnya justru mengalahkan tugas dan kewajiban sebagai pejabat negara. Ujungnya, hanya kejenuhan dan pesimis yang muncul ke permukaan.
Nah, saat inilah momen untuk menyudahinya. Melalui persiapan untuk memantapkan diri berperan sebagik-baiknya dalam pesta demokrasi adalah cara cerdas untuk membangun awal dari hidupnya kesejukan negeri sebagaimana yang telah dicontohkan sejak ratusan tahun silam.
Dengan kondisi zaman sekarang ini, untuk membangun kesejukan negeri sebagaimana yang diajarkan para pendiri negeri sangat pasti tidak mudah. Tetapi bukankah kita ummat Islam telah diingatkan jika di dunia ini tempatnya ujian.
Tak dipungkiri banyak hal yang dulunya tak terduga kini sekarang semuanya terjadi. Di mana orang sedang dalam keadaan stress, goncang, bahkan sebagian telah menjual bukan hanya dirinya, agama dan semua kehormatannya. Di pesta demokrasi inilah itu semua bisa disaksikan dengan jelas.
Pun demikian, Alhamdulillah saya termasuk orang yang mensyukuri banyaknya orang, golongan maupun para pemangku agama perduli dalam momen pentingn ini. Bukan hanya puluhan, ratusan kandidat yang ingin berbuat untuk negeri melalui Pemilu 2024 ini berlatar belakang belakang birokrat, ulama, aktivifis. Tujuannya sama ingin memberikan potensi diri terbaiknya untuk turut membangun kembali kesejukan Negeri Serambi Makkah.
Dari banyak perbincangan saya mendapatkan kalimat-kalimat indah. Yang berlatar belakang agamis bertekad membangun kembali reputasi negeri sebagai Kota Serambi Makkah. Yang aktivis mengaku geregetan dengan banyaknya persoalan lingkungan yang tak selesai malah kian parah.
Sementara yang berlatar birokrat lebih kenceng lagi.
“Saya sudah puluhan tahun menjadi birokrat. Kesimpulan saya sistem birokrasi di Kabupaten Banjar ini sedang sekarat. Yang bisa memperbaiki sistem birokrat tentu saja kami-kami ini. Kami tahu persis dimana masalahnya,” ungkap salah seorang mantan birokrat bersemangat.
Tetapi maaf-maaf saja, untuk mereka yang berlatar belakang birokrat terdiri dari dua katagori. Birokrat pension normal masuk ke panggung politik dan birokrat aktif yang memutuskan pensiun dini kemudian masuk ke panggung politik.
Kelompok birokrat pensiun dini ini tentu harus mendapatkan apresiasi besar. Keseriusan mereka untuk memberikan yang terbaik jelas terlihat dari keputusan pensiun dini itu sendiri. Bagi saya mereka istimewa sebagaimana seorang teman jurnalis menyanjung.
“Birokrat pensiun masuk partai, itu hal biasa. Menjadi luar biasa kalau seorang birokrat dengan prestasi cemerlang memutuskan pensiun dini dan masuk ke panggung politik. Seperti yang dilakukan Pak Ilmi dan Pak Agus itu,”
Begitulah hiruk pikuk panggung politik yang kini sedang berperan di Negeri Serambi Makkah. Mereka yang terlibat langsung tentu sudah sangat mantap menatap pesta. Begitu pun seharusnya yang kita lakukan. “Mari kita mantapkan diri menatap Pemilu 2024”
Afwan, Wassalam