Bakal Calon Walikota Hj Erna Lisa Halaby (ELH) nyaris tak dapat membendung air mata ketika seorang perempuan tua menghampirinya hingga keduanya berpelukan. Pemandangan mengharukan tersebut terjadi saat ELH bersilaturahmi dengan ratusan ibu-ibu di kawasan Kemuning di Kota Banjarbaru.
ELH, seorang wanita dengan penampilan sederhana namun penuh wibawa, datang ke rumah Ibu Hanin di pinggiran Sungai Kemuning dengan mengenakan kerudung putih yang menutupi rambutnya dengan anggun. Baju bergaris putih biru yang ia kenakan, berpadu dengan rok panjang berwarna putih, memberi kesan bersahaja namun penuh pesona. Ia duduk di salah satu pojok rumah, menunggu dengan tenang di tengah keramaian.
Di tengah suasana yang ramai itu, ada satu momen yang sangat menyentuh hati. Seorang wanita berusia lanjut mendatangi Erna Lisa Halaby. Perempuan tua itu mengenakan kerudung kuning yang terlihat kontras dengan kulit wajahnya yang sudah mulai keriput. Kacamata minus dengan lensa yang cukup tebal bertengger di hidungnya, memberikan kesan bahwa penglihatannya sudah mulai berkurang. Baju daster warna biru muda yang ia kenakan, memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-harinya yang sederhana.
Mereka berdua duduk berhadapan, berusaha menciptakan ruang pribadi di tengah puluhan pasang mata yang mengawasi mereka. Percakapan antara Erna Lisa Halaby dan perempuan tua itu tampak lirih, hanya mereka berdua yang dapat mendengar isi hati masing-masing. Suara bisikan mereka tenggelam di tengah riuhnya suara orang-orang yang berbincang di sekeliling.
Sesekali, wanita tua itu menyeka air mata yang mengalir dari matanya. Tangannya yang keriput menggenggam erat tangan Erna Lisa Halaby, seolah mencari kekuatan dan dukungan. Di sisi lain, Erna Lisa Halaby dengan penuh empati mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu. Wajahnya menunjukkan perasaan yang dalam, matanya berkaca-kaca menahan air mata yang hampir jatuh.
Lisa, begitu sapaan akrab Erna Lisa Halaby, berusaha keras menahan emosinya. Ia tahu bahwa di momen seperti ini, ia harus menjadi sosok yang kuat bagi wanita tua di depannya. Namun, hati siapa yang tidak akan tersentuh melihat seorang wanita tua yang mencurahkan isi hatinya dengan penuh kesedihan? Kisah hidup yang mungkin penuh liku dan kesulitan, diceritakan dengan suara parau dan mata yang penuh air mata.
Erna Lisa Halaby mendengarkan dengan seksama, sesekali menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa ia benar-benar mendengar dan memahami setiap cerita yang disampaikan. Tangannya yang lembut menggenggam erat tangan wanita tua itu, memberikan rasa hangat dan kenyamanan. Lisa tahu bahwa dalam momen seperti ini, yang dibutuhkan oleh wanita tua itu bukan hanya kata-kata penghiburan, tetapi juga kehadiran seseorang yang benar-benar peduli.
Di sekeliling mereka, orang-orang mulai terdiam, menyadari bahwa ada momen yang sangat penting dan penuh emosional sedang terjadi. Mereka menghentikan percakapan mereka, memberi ruang bagi Lisa dan wanita tua itu untuk berbicara tanpa gangguan.
Lisa akhirnya berbicara, suaranya lembut namun penuh ketegasan. Ia mengucapkan kata-kata penghiburan, mencoba memberikan harapan kepada wanita tua itu. Ia mengatakan bahwa meskipun hidup penuh dengan cobaan, selalu ada jalan keluar dan orang-orang yang peduli.
Percakapan antara mereka berdua berlangsung cukup lama. Waktu seolah berhenti, membiarkan mereka terhubung satu sama lain melalui kata-kata dan rasa empati. Momen itu bukan hanya tentang dua orang yang berbicara, tetapi tentang dua hati yang saling menguatkan di tengah kesulitan hidup.
Ketika akhirnya percakapan mereka selesai, perempuan tua itu tampak lebih tenang. Ia mengucapkan terima kasih kepada Lisa, dengan mata yang masih berkaca-kaca namun penuh harapan baru. Lisa membalasnya dengan senyuman hangat.
Momen itu menjadi saksi bisu tentang kekuatan empati dan kasih sayang. Di tengah keramaian dan hiruk pikuk kehidupan, selalu ada ruang bagi kita untuk mendengarkan dan memahami orang lain. Kisah Erna Lisa Halaby dan perempuan tua yang bertemu saat sosialisasi Lisa sebagai bakal calon wali kota Banjarbaru itu mengingatkan kita bahwa dalam setiap pertemuan, ada peluang untuk memberikan dampak positif bagi orang lain, meskipun hanya dengan sebuah percakapan dan genggaman tangan yang erat.
Keramaian di rumah Mama Hanin mungkin akan segera berlalu, tetapi momen penuh haru itu akan terus dikenang oleh mereka yang menyaksikannya. Kisah ini akan menjadi bagian dari kenangan indah di Kawasan Kemuning, sebuah cerita tentang dua hati yang terhubung di tengah keramaian.***