Bismillahirrahmannirahim
Eforia Pemilu 2024 kini sudah sangat kental terasa. Bukan hanya para politikus, kalangan penggiat sosial masyarakat hingga tokoh-tokoh agama ( guru /alim ulama) pun mulai menampakkan keterlibatan didalamnya.
SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Alhamdulillah, beberapa hari belakangan ini saya mendapati kenyataan geliat dunia politik di negeri Serambi Makkah yang begitu berbeda dibanding pemilu sebelumnya. Keterlibatan para guru/alim ulama sudah mulai jelas muncul kepermukaan.
Memang khabar keterlibatan langsung para guru-guru di Pemilu 2024 masih sayup-sayup terdengar. Pun begitu khabar gembira ini harus kita apresiasi sebagai kemajuan dalam berdemokrasi. Utamanya di Kabupaten Banjar yang dikenal sebagai daerah religius.
Kita patut bersukur dengan kehadiran para guru-guru yang notabene memiliki katalog keilmuan agama mau melibatkan diri secara langsung ke dunia politik. Besar harapan dari merekalah ada perbaikan terhadap carut marut kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi Serambi Makkah yang kental dengan syariat Agama Islam.
Sungguh dengan sistem pemerintahan kita saat ini upaya untuk membangun negeri tidak akan bisa terlepas dari panggung politik. Iya kan. Negara dipimpin seorang presiden, provinsi dipimpin seorang geburnur, kabupaten/kota dipimpin bupati/walikota. Hingga desa dipimpin oleh seorang kepala desa.
Sadarilah, jika jabatan pemimpin itu terlahir dari panggung politik. Suka atau tidak suda para pemimpin merupakan seorang kader dari sebuah partai. Diluar itu memang masih memungkinkan karena sistem pemilu kita membuka peluang di jalur independen. Hanya saja dikancah legislative tidak ada jalan lain selain melalui partai politik.
Nah, kalau sudah memahami sistem ini saya rasa disinilah kita bisa mengaplikan slogan Hubbul Wathon Minal Iman dalam kehidupan berbangsa dan negara. Begitu kata seorang kawan yang mengaku tidak ingin ketinggalan dalam semaraknya Pemilu 2024 mendatang.
“Tidak mesti maju menjadi calon legislative, terlibat maksimal dalam melaksanakan visi dan misi sebuah partai politik saya rasa juga sangat mulai. Apalagi jika nantinya partai politik itu berhasil mendudukkan wakil-wakilnya di kursi-kursi pemerintahan, tentu peluang untuk membangun negeri juga kian besar,” katanya.
Sekadar mengingatkan, puluhan tahun silam keterwakilan para guru-guru di panggung politik sudah terjadi. Bahkan sejumlah tuan guru yang dikenal sebagai ulama-ulama utama di Kota Serambi Makkah terjun langsung ke lapangan.
Di kepengurusan partai politik, anggota legislative hingga menjadi pejabat di lembaga pemerintahan. KH Badaruddin misalnya. Beliau dikenal sebagai seorang ulama besar yang juga dikenal sebagai seorang negarawan.
Selain beliau, banyak lagi ulama-ulama besar dari Kota Serambi Makkah yang terlibat maksimal dalam kancah politik. Seiring waktu, keberadaan para tokoh agama kian minim. Zaman pun berubah. Dari politik yang penuh kesantunan menjadi tingkah politik yang saat ini tersaji.
Menilik realitas keterlibatan para guru di panggung politik dari zaman ke zaman, betapa menggembirakan khabar kembalinya guru-guru ke dunia politik dalam panggung Pemilu 2024. Semoga inilah waktunya.
“Semua akan indah pada waktunya”
Wassalam, Afwan