Link,Banjarbaru-Prosesi Baayun Maulid di selenggarakan di Museum Lambung Mangkurat Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dengan tema “Melestarikan Tradisi Sebagai Aset Khasanah Negeri”, diikuti 155 peserta, pada Kamis (20/10/2022).
Baayun Maulid merupakan kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid. Baayun Maulid dilaksanakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan.
Dari pantauan Linkalimantan.com, Bayi-bayi mungil ini nampak menikmati ayunan yang menggantung dan berjejer di halaman Museum Lambung Mangkurat. Musik rebana mengalun merdu mengiringi prosesi Baayun Maulid.
Orang tua sang bayi berada di depannya, dengan tangan menengadah memanjatkan doa dan lantunan syair-syair Maulid Habsyi. Untuk mengikuti tradisi Baayun Maulid. Tradisi yang sudah mengakar kuat di masyarakat Banjar.
Itu tadi adalah suasana yang ada dalam tradisi Baayun Maulid sejak pagi d itempat tersebut. Berbondong-bondong orang tua membawa sang buah hati dari bayi, balita, hingga yang sudah duduk di bangku sekolah pun ikut diboyong.
Deretan ayunan yang terbuat dari kain sarung panjang atau tapih bahalai terlihat menggantung. Meskipun terlihat sederhana, namun kain ayunan ini cukup kokoh karena terdiri dari tiga lapis kain dan selendang.
Tak hanya itu saja, di atas ayunan juga tergantung berbagai hiasan seperti wadai khas Banjar, pisang, kue cincin, janur dan lain-lain. Bayi-bayi tersebut tersenyum manis, tenang menikmati gerakan ayunan meski beberapa kali sempat terdengar tangisan dari bayi di tengah acara.
Sesuai dengan namanya kata Baayun artinya ayunan, sedangkan kata Maulid artinya kelahiran Nabi Muhammad. Sehingga Baayun Maulid berarti mengayun sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Melalui tradisi ini warga berharap anak-anak mereka bisa berakhlak mulia, seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.
Untuk mengikuti Baayun Maulid ada piduduk atau syarat upacara seperti kopi maupun susu tanpa gula, ketan, telur, beras, kelapa, dan lainnya.
Baayun Maulid ini dulunya memiliki nama Baayun anak, yang merupakan tradisi leluhur. Kemudian saat masuknya Islam budaya tersebut dimodifikasi menjadi Baayun Maulid.
Orang tua salah satu peserta, Siti Zubaidah mengatakan, kegiatan Baayun Maulid ini sudah menjadi kebiasaan yang selalu ia ikuti setiap tahunnya.
“Tiap tahun selalu ikut Baayun Maulid disini. Untuk mendapat keberkahan dari Maulid Nabi,” tuturnya.
Menurut Zubaidah, dengan mengikuti kegiatan Baayun Maulid diharapkan agar anaknya yang diayun selalu dalam keadaan sehat, tidak sakit-sakitan.
“Kita punya hajat masing-masing. Semoga anak yang diikutkan menjadi Sholeh, Sholehah, dan mendapat keberkahan,” ucapnya. (juwita/BBAM)