Bismillahhirrahmanirrahim
Gemah ripah loh jinawi dari bahasa Jawa yang berarti tentram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Dulu, pernah popular menjadi semboyan negeri tercinta Indonesia, tapi kini, sepertinya pelan-pelan namun pasti, pergi, menjauh dan sayup-sayup terdengar lagi sebagaimana mereka yang berpropesi sebagai petani.

Safariyansyah, Budayawan Spritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
Sebagai negara agraris, peran petani sangatlah dominan di negeri ini. Namun dalam perkembangan zaman profesi ini dianggap pekerjaan yang tak patut digeluti dibanding pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Realitanya seperti itu. Bahkan untuk saat ini aktivitas pertanian yang begitu menarik perhatian bagi para pemuda harapan bangsa. Walau pun negera kita Indonesia meletakkan petani begitu tinggi. Bahkan bangsa telah menetapkan setiap 24 September sebagai Hari Tani Nasional.
Bertolak jauh ke belakang, perlu diketahui bercocok tanam telah dilakukan sejak zaman Neolitik. di Zaman Oerunggu (5000 hingga 4000 SM), bangsa Sumeria memiliki pembagian kerja di bidang pertanian. Ketika panen, pekerjaan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah orang dalam setiap grup sebanyak tiga orang.
Begitu juga di Indonesia, begitu pentingnya peranan mereka dalam menopang kebutuhan bangsa. Begitu besarnya peranan sektor ini, sampai-sampai Presiden Pertama Indonesia Sukarno mencetuskan Petani akronim dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia. Kepanjangan itu diberikan Sukarno pada 1952 karena begitu besarnya peran petani.
Kepanjangan itu diberikan Soekarno pada tahun 1952. Meski begitu, Soekarno tak bisa disebut sebagai pencipta kata petani karena sebenarnya kata ini sudah lama dan dipakai jauh sebelum Soekarno memberikan arti dari kata petani.
Soekarno membuat kepanjangan untuk kata ini sebagai bentuk retorikanya untuk mengambil hati para petani. Meski begitu, arti dari kepanjangan penyangga tatanan Negara Indonesia ini memang dinilai pas dan cocok dengan profesi para pengelola tanah dan air ini.
Peran mereka sebagai memang seperti penyangga, dimana tanpa mereka rakyat Indonesia tentu akan mengalami krisis pangan. Hal ini tentu akan mengganggu tatanan negara Indonesia.
Afwan
wassalam