Link, Jakarta – Indonesia tengah menghadapi satu krisis besar. Yaitu minimnya stok beras yang bikin harga melonjak. Pedagang dan masyarakat pun menjerit. Pemerintah harus segera mencari solusi agar masalah ini tak terulang.
Stok beras yang dimiliki pemerintah atau biasa disebut Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sangat sedikit. CDP yang dipegang Perum Bulog pada akhir tahun 2022 lalu hanya 399.160 ton.
Kini, jumlahnya bertambah menjadi 680.000 ton. Penambahan jumlah stok beras ini karena didompleng oleh masuknya beras impor dari Pakistan, Vietnam, dan Thailand sekitar 200.000 ton. Sisanya dari penyerapan beras dalam negeri.
Sebagai catatan, Bulog mendapatkan kuota impor beras sebanyak 500.000 ton. Artinya, masih ada 300.000 ton yang belum didatangkan. Ultimatum dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), beras impor dari Vietnam dan Thailand tersebut harus sudah tiba paling akhir 16 Februari 2023.
Apabila dilihat stok CDP yang dimiliki Bulog sangat miris. Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas), idealnya CBP yang harus dimiliki Bulog mencapai 1,2-1,5 juta ton.
Stok ini harus terpenuhi mengingat penyaluran beras Bulog sebagian besar untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar. Pada 2022 lalu, jumlah beras yang digelontorkan Bulog untuk program ini sebanyak 1,2 juta ton.
Faktanya, justru CBP yang dimiliki Bulog di bawah 1 juta ton. Minimnya stok CBP ditambah rendahnya kemampuan serap beras lokal oleh Bulog karena seretnya produksi dalam negeri bikin harga goyang.
Sebagai gambaran, pada Agustus 2022 lalu, harga beras jenis medium berkisar Rp8.200-8.300 per kg. Kini bergerak naik ke Rp9.500-9.700 per kg. Bahkan ada beberapa pedagang yang menjualnya sampai Rp10.500 per kg. Beras medium ini yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Harganya terbilang cukup tinggi. Sampai di tingkat ecer, harga beras medium ini bisa saja sampai Rp11.000 hingga Rp11.500 per kg. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium Rp9.450 per kg.
Kondisi ini diakui oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Buwas mengungkapkan Bulog mendapatkan jatah impor tidak lain untuk menekan tingginya harga beras di pasaran.
“Impor juga bukan maunya Bulog, karena itu perintah negara. Kenapa keputusan dibuat? karena situasi beras tidak normal,” ungkap Buwas di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (20/1/2023).
Selain meredam tingginya harga, impor beras juga untuk menambal kekosongan stok CDB. Seluruh kontrak pengadaan impor beras Bulog beres, tinggal menunggu kedatangan sisanya.
“Kenapa akhirnya negara impor? karena supply-nya kurang. Supply kurang karena ada sesuatu maka Bulog melakukan impor beras. Dalam penugasan itu impor 500.000 ton dan sudah selesai semua kontraknya. Saat ini sudah sampai di beberapa wilayah,” ucapnya.
Dikatakan Buwas, impor beras dipilih karena produksi lokal seret. Januari sampai Februari bukan waktunya panen raya. Sudah begitu, harga beli Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) biasanya juga tinggi.
“Januari sampai Februari ini belum ada panen, ada lah sedikit-sedikit tapi tidak signifikan,” sebutnya.
Lantas, kapan krisis beras ini akan berakhir?
Buwas menargetkan dulu stok beras Bulog bertambah setidaknya sampai 1 juta ton. Targetnya dia bisa sampai 2,4 juta ton.
“Target kita penugasan 2,4 juta. Ini berarti kalau sekarang ini banyak 600.000-700.000 ton di mana 500.000 ton dari impor ya. Maret paling gak kita udah bisa menyerap paling tidak 1 juta,” tutupnya. (net)
Sumber: Martyasari Rizky, CNBC Indonesia, 20 January 2023 16:07