Link, Banjarbaru – Menurut penuturan para orang tua dan tokoh masyarakat yang dapat dipercaya, pernah terjadi peristiwa penting pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir atau Ida Dalem Semara Kepakisan, Raja Gelgel I yang berkuasa sekitar tahun 1380–1460 M. Pada masa itu, Raja Bali dikisahkan melakukan kunjungan ke Kraton Majapahit ketika Raja Hayam Wuruk mengadakan konferensi kerajaan-kerajaan dari seluruh Nusantara.
Setelah konferensi berakhir, Ida Dalem Semara Kepakisan kembali ke Bali dengan dikawal oleh 40 orang pengiring dari Kerajaan Majapahit yang beragama Islam. Setibanya di Bali, ke-40 pengiring tersebut diberi tempat atau hadiah berupa tanah di wilayah Gelgel. Dari jumlah itu, sebagian kembali ke Jawa, sebagian menuju ke wilayah timur Bali, dan sebagian lainnya menetap di Gelgel hingga membentuk komunitas yang kemudian dikenal sebagai masyarakat Islam Kampung Gelgel.
Sumber lain juga menyebutkan bahwa masyarakat Islam di Gelgel hingga kini masih mengakui bahwa nenek moyang mereka berasal dari Jawa. Mereka dikenal sebagai para pengiring Dalem dari Majapahit yang datang bersama Ida Dalem Semara Kepakisan. Keterangan ini semakin dikuatkan oleh catatan sejarah bahwa kunjungan Dalem Ketut Ngelesir ke Majapahit merupakan satu-satunya kunjungan resmi raja Bali ke pusat pemerintahan Majapahit pada masa Kerajaan Gelgel. Raja-raja penerusnya sudah tidak berkesempatan lagi berkunjung karena pada masa itu Kerajaan Majapahit telah runtuh.
Perlu diketahui, Dalem Ketut Ngelesir merupakan peletak dasar berdirinya Kerajaan Gelgel, yang pada awalnya masih berada di bawah naungan Majapahit. Berdasarkan dua fakta sejarah tersebut, dapat diduga kuat bahwa para pengiring Majapahit yang beragama Islam itu datang ke Bali bersama-sama Dalem Ketut Ngelesir sepulang dari menghadiri konferensi kerajaan se-Nusantara di Majapahit.
Salah satu raja terkenal penerusnya adalah Dalem Waturenggong, yang memerintah antara tahun 1480–1550 M. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, Bali tidak lagi berada di bawah kekuasaan Majapahit. Bahkan, menurut sumber-sumber lokal, kekuasaan Dalem Waturenggong meluas hingga ke Lombok, Sumbawa, dan Blambangan (Jawa Timur).
Namun hingga kini, belum ditemukan benda atau situs bersejarah yang dapat dijadikan bukti arkeologis tentang awal masuknya Islam di Desa Kampung Gelgel. Meski demikian, hubungan kekeluargaan dan sosial antara masyarakat Kampung Gelgel dengan keluarga kerajaan Klungkung (Puri Klungkung) tetap terjalin dengan baik.
Harmoni ini tercermin dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Saat perayaan hari besar, masyarakat Kampung Gelgel dan keluarga Puri Klungkung sering duduk bersama, makan bersama, serta saling berkunjung dalam suasana silaturahmi dan persaudaraan yang hangat. Keharmonisan ini menjadi bukti nyata bahwa keragaman agama dan budaya telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Gelgel dan Klungkung hingga masa kini.