Selasa, April 8, 2025
BerandaHeadlineSudah Terlanjur! Kalimat Bermakna Positif Bagi yang Waras

Sudah Terlanjur! Kalimat Bermakna Positif Bagi yang Waras

Bismillahirrahmanirrahim
Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi? Sebuah kalimat yang lazim terdengar di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan sosial masayarakat. Namun sangat disayangkan, kalimat tersebut lebih banyak dimaknai dengan arti negatif bagi sebagian besar masyarakat.

Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Ngaji dialog di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna sang Birokrat Spiritualis kian hari kian mengasikkan. Kajian-kajian yang dianggap sederhana bagi kebanyakan orang ternyata mengandung makna yang begitu krusial dalam kontek keimanan manusia. Seperti halnya saat kalimat “sudah terlanjur” menjadi bahasan yang dibedah.

Deretan gelas kopi di hadapan masing-masing penggiat Ngaji Dialog yang nota bene panas menambah keasikan dalam Ngaji Dialog bertema “Terlanjur”.

“Kata Terlanjur, kalau kita kaji secara mendalam jelas tidak sederhana. Mengingat ada dua konotasi yang terkandung di dalamnya. Positif dan negatif dimana keduanya bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk menjadi lebih baik lagi,”

Begitu DR Mada memulai bahasan. Hal-hal yang sudah terlanjur terjadi tidak akan menjadi persoalan, sepanjang kita masih menjaga status sebagai hamba. Sebagaimana yang saat ini tengah terjadi dikehidupan bernegara kita. Salah satunya melihat sisi pernak pernik dalam kontestasi pemilihan kepala daerah serentak di seluruh negeri.

Tidak sedikit di Pilkada Serentak 2024 ini pihak-pihak yang menelan kepahitan sebelum kontestasi pemilihan dilakukan. Entah itu kandidatnya tidak sesuai harapan, keterlibatan pihak-pihak tertentu terhadap para kandidat atau rekam jejak pelakunya di mata hukum sosial masyarakat tak layak sekalipun hanya sebagai kandidat seorang pemimpin. Atau sang kandidat yang belum-belum sudah merasa terzolimi oleh lawan politiknya.

Namun realitanya, mereka-mereka lah peserta dalam kancah perebutan kursi kepemimpinan sebuah daerah. Secara hukum negara posisinya tidak bisa diganggu, sah menurut hukum. Pada gilirannya merekalah kandidat calon pemimpin di masing-masing daerah. Tak terkecuali di Kabupaten Banjar yang notabene terkenal dengan kultur religiusnya. Sudah terlanjur.

BACA JUGA :  Pesta Demokrasi, Ajang Pembuktian dan Pertaruhan Iman (1)

Sudah begitu, konpetisi diantara kandidat plus kroni-kroninya begitu kompetitip. Saling jegal, saling jagal hingga saling mempermalukan menjadi bagian untuk meraih kemenangan. Mereka lupa jika semua ini berada di alam bernama dunia yang semua aturan dijalankan oleh sistem milik Sang Pencipta.

Jangankan dalam kehidupan sosial masyarakat, di dalam jaringan tubuh mahluk hidup ada sistem yang mengaturnya. Urusan ini saya tidak pernah mendengar ada seorang ahli ilmu pengetahuan yang bisa menciptakan sistem tersebut.

Manusia tiba-tiba bisa merasakan lapar, ngantuk, buang hajat bahkan menghayal. Semakin menakjubkan, semua itu memiliki sinyal-sinyal tertentu sebelumnya. Sebelum merasa lapar misal, terlebih dahulu ada suara-suara (keroncongan) dari dalam perut sebagai sinyal.  Dari mana semua bisa terjadi? Adakah teknologi temuan manusia yang bisa menciptakan itu semua? TIDAK ADA!

Beruntung bagi mereka yang waras, mengingat hal-hal sederhana yang ternyata sangat krusial ini menjadikan mereka kian dekat (bersangatan mendekat) dengan Sang Pencipta. Begitu juga dalam menjalani kehidupan sosial politik belakangan ini.

Tentu saja bagi mereka yang waras, keterlanjuran yang ada ini tidak ada yang negatif, semuanya positif. Sadar jika itu semua menjadi jalan untuk memperbaiki diri agar tidak melampau batas dengan menzolimi diri sendiri.

Di sisi lain begitu menyadari telah melampaui batas, jangan pula berkcil hati. Pintu taubat terbuka luas bagi yang mau. Ganjarannya jelas,  Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang sebagaimana terekam jelas dalam QS Alquran.
AFWAN, WASSALAM

BERITA TERKAIT
spot_img
- Advertisment -spot_img

BERITA POPULER