Sebagai mahluk yang telah diberikan modal paling berharga dari Allah, yakni kehidupan dalam menjalani misi di dunia fana ini agar sukses. Kesuksesan itu sempurna jika ketika hidup di dunia terpuji. Kemudian saat dibangkitkan di akhirat terpuji bersama orang yang dipuji oleh Allah.
Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
“Rasulullah pernah berwasiat kepada ABU DZAR “YA ABD DZAR KUN ‘ALA UMRIKA AS-SYAH MINKA ‘ALA DIRHAMIKA WA DINARIKA” Wahai Abu Dzar hendaklah kamu kikir menghadapi Umur mu daripada terhadap Dirham dan Dinarmu. Artinya lebih baik kamu harus menjaga umurmu (ini modal) daripada menjaga hartamu (dirham mu)”
Kini kita tengah berada di masa pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) yang untuk pertama kali dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Dimana perjalanan bangsa ini akan ditentukan. Ya, ini semua sebuah pertaruhan besar bagi kita dalam menjalaninya kehidupan bernegara.
Menengok sejarah masa sebelumnya, perhelatan demokrasi selalu dipenuhi dengan trik dan intrik dari para penggiatnya. Praktik-praktik ajaran keimanan hingga praktik-praktik politik kotor begitu banyak tersampaikan kepada para pemilik suara (rakyat).
Pendeknya, dalam setiap masa pemilu kalimat-kalimat mengajak seseorang untuk mengambil peran dengan iming-iming materi sesaat dari masa ke masa semakin dominan. Jangankan masyarakat tak mampu, para leader muslim yang jelas-jelas memiliki katalog pun tidak sedikit yang turut terseret pada kepentingan materi sesaat itu.
Sebaliknya ada realita berjibunnya majelis ilmu begitu banyaknya pengikut. Baik majelis dari panggung ke panggung, majelis pengajian rutin maupun yang ditampilkan melalui postingan diberbagai media sosial. Pokoknya urusan da’wah/tausiah untuk menjadikan kita hidup di dunia ini sehat jiwa dan raga (berakal) sudah sangat buanyaakkk. Termasuk dalam kehidupan bernegara, berpolitik yang benar, juga sudah dipaparkan secara terang benderang. Namun pertanyaannya bagaimana dalam tatanan praktiknya?
Sementara kejujuran sudah pasti acapkali disampaikan melalui majelis-majelis ta’lim. Termasuk jujur (tidak curang) dalam melakoni peran di dunia politik kita. Yang pasti, sampai saat ini usai pesta demokrasi tidak sedikit orang berkeluh kesah dengan para pemimpin negeri lantaran tidak bisa memenuhi harapan yang diinginkan.
Bagi saya hal ini aneh. Karena, bukankah mereka sendiri yang menginginkannya (memilih)? Nah, kalau sudah begini, sudahkan kita diingatkan jika hidup di dunia ini adalah pertaruhan. Untung atau rugi, silahkan bertaruh.
AFWAN
WASSALAM