LINK, ACEH – Tepat pada hari ini, 26 Desember 2004, Aceh disapu gelombang tsunami. Ratusan ribu orang tewas dalam tragedi itu.
Memperingati 18 tahun tsunami Aceh, ribuan peziarah berdatangan ke kuburan massal korban tsunami di Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Senin (26/12).
Para peziarah mendoakan keluarga dan kerabat mereka yang jadi korban tsunami serta mereka yang hingga saat ini jasadnya tak ditemukan.
Setiap tahun, kuburan massal di Siron memang ramai dikunjungi peziarah baik warga Aceh maupun warga dari luar daerah.
Dilansir dari https://www.cnnindonesia.com/, para peziarah mulai berdatangan sejak pagi. Terdapat lebih dari 40 ribu jenazah korban tsunami yang dikuburkan tanpa identitas di kuburan massal di Siron.
Di area tempat parkir makam, didirikan tenda dan panggung untuk kegiatan seremonial memperingati 18 tahun tsunami Aceh dan berbagai rangkaian kegiatan lainnya.
Ahmad Badron yang berasal dari Desa Lampulo, Banda Aceh, mengaku tak pernah absen berziarah ke Siron meskipun saat ini sudah menetap di Jakarta.
Kedua orang tua dan adik bungsunya hilang akibat bencana tsunami.
“Dulu kami tinggal di Lampulo. Saat bencana itu, yang selamat saya dan adik saya, orang tua dan adik paling kecil kami hilang tanpa diketahui di mana jenazahnya. Makanya, setiap tahun kami ke sini untuk mengirimkan doa bagi mereka yang telah tiada,” kata Badron.
Ia bercerita, saat gelombang laut yang begitu dahsyat menyapu Aceh pada 2004, usianya baru 19 tahun. Badron menuturkan ia dan anggota keluarga lainnya berlarian terpisah-pisah untuk menyelamatkan diri.
Adiknya yang selamat ia temukan 13 hari setelah bencana terjadi. Sementara kedua orang tua dan adiknya yang paling kecil tak pernah ia temukan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal mengatakan kuburan massal di Siron merupakan salah satu saksi dahsyatnya tsunami Aceh yang terjadi 18 tahun lalu.
“Ada 40 ribu lebih para syuhada yang dimakamkan. Jadi, tidak hanya kegiatan seremonial semata, tapi kita bisa sekalian berziarah,” kata Almuniza.(link/net)