Sabtu, Juni 21, 2025
BerandaHeadlineBohir, Menjauhkan Kita dari Keimanan

Bohir, Menjauhkan Kita dari Keimanan

Bismillahirrahmanirrahim
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.  Kalimat yang terekam dalam Alquran ini begitu membumi, begitu juga yang mengerjakan shalat. Namun nyatanya perbuatan keji dan mungkar kian transparan terjadi di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat seiring banyaknya bermunculan para penyembah bohir .

Safariyansyah
Budayawan Spiritual

Aktivitas peribadatan agama Islam di negeri ini tidak perlu diragukan lagi. Shalat berjamaah di rumah ibadah (masjid) sudah menjadi pemandangan sangat umum. Begitu juga jemaah dalam setiap majelis ilmu kian hari kini berjejal.  Semestinya dengan banyaknya jamaah dalam sebuah moment peribadatan (shalat), perbuatan keji dan mungkar di dalam kehidupan sosial masyarakat minimal tidak bertambah. Realitanya?

Realita kehidupan sosial inilah yang beberapa malam lalu menjadi bahasan dalam Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediaman Sang Birokrat Spiritual DR Mada Teruna.

“Dengan kondisi kehidupan sosial masyarakat kita yang hampir 100 persen beragama Islam, memang realita ini menarik untuk dikaji. Mengapa hal ini bisa terjadi,”

Dari kalimat yang berkonotasi pertanyaan inilah yang kemudian  menjadikan suasana Ngaji Dialog malam itu begitu indah. Karena ternyata kalimat ” Shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar” tidak terlepas dari esensi shalat sebagai tiang agama.

Jika tiang tersebut rusak atau kurang sempurna maka agama seseorang pun dikhawatirkan akan rubuh atau tidak sempurna pula. Pengertian yang sedemikian vital ini sudah barang tentu bukanlah pengertian dalam bentuk verbal saja. Lebih dari itu akan tetapi shalat dalam pengertiannya yang utuh. Yakni sebagai sarana pembentukan identitas moral dan karakter sosial.

Secara umum shalat merupakan sarana utama dalam hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan Allah swt. Tentu saja aktivitas wajib ini dilaksanakan oleh mereka yang tidak mengidolakan selain Allah.

BACA JUGA :  Lakon Teater Politik Begitu Beraneka Ragamnya

Namun jujur-jujur saja dalam kehidupan sosial sehari-hari tidak sedikit orang yang lebih mengidolakan togut (dulu berhala, red.). Mengerjakan shalat iya, tetapi memuja-muja mahluk lain (bohir) melebihi Tuhannya juga dilakukan. Semisal, untuk mencapai sebuah tujuan tertentu begitu mengandalkan bohir, utamanya dalam merebut kursi kekuasaan (pemilu, pilkada dan lainnya).

Sebegitu besarnya ketergantungan seseorang, kelompok bahkan komunitas sosial politik terhadap keberadaan bohir. Bahkan tidak jarang muncul kalimat-kalimat “Kalau ingin sukses ya harus direstui Si A (Si Bohir)”.

Konyolkan! Tetapi itulah yang banyak terjadi. Lebih konyol lagi apa pun dilakukan agar bisa mendapatkan restu dan dukungan penuh dari Si Bohir. Hal-hal seperti ini tidak asing lagi dalam kehidupan politik dan birokrasi di negeri kita.

Ironisnya lagi tidak sedikit juga orang Islam yang lebih takut kepada Si Bohir daripada ajaran Agamanya. Kalau sudah begini, apa bedanya bohir dengan togut? Pertanyaannya dimana posisi Sang Maha Segalanya (Allah SWT),”

Pada gilirannya? Bagaimana mungkin aktifitas shalatnya bisa menyentuh esensi murni. Dan pada gilirannya yang namanya keji dan mungkar tetap ada bahkan kian menjadi. Ini semua juga terekam sangat jelas dalam Kitab Suci Alquran.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan itu.”

AFWAN
WASALAM

BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img

BERITA POPULER