Link, Banjarbaru – Demam Berdarah (DBD) masih menjadi momok di lingkungan masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang perhatian terhadap lingkungan mereka.
Di Kota Banjarbaru, kasus DBD masih terbilang tinggi karena dari hasil survei lapangan masih banyak masyarakat belum sadar menjaga lingkungan mereka. Dari itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru menghimbau kepada masyarakat agar menjaga lingkungan mereka dengan menerapkan 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang), atau pemberantasan sarang nyamuk (psn).
“DBD ini kan sudah menjadi endemis, dan setiap tahun pasti ada saja kasusnya. Sehingga untuk mengurangi kasus, perlunya kesadaran masyarakat agar lingkungan mereka tidak jadi tempat berkembang biak nyamuk,” ungkap Erni Syafrida, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Banjarbaru.
Ia mengungkapkan, bahwa pihaknya sering terjun kelapangan langsung memantau lingkungan. Tentunya, memberikan arahan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar terhindar dari nyamuk.
“Kami pun mempunyai program yaitu satu rumah satu jumantik, sehingga tugas jumantik ini nantinya mengecek apa-apa saja yang dapat menyebabkan tempat bersarangnya nyamuk,” tambahnya.
Diketahui saat survei, pihaknya mendapati angka bebas jentik di Kota Banjarbaru masih rendah. Sebagai contoh, pada September pihaknya survei di Kelurahan Sungai Besar dari 100 rumah yang mereka survei, 67 persen masih banyak ditemukan jentik-jentik.
“Kami dapati, paling banyak itu di ban bekas, dispenser, bak mandi dan drum. Sehingga kami menyarankan agar membuang air yang menggenang, menutup drum dan lain-lain,” pungkasnya.
Sekadar informasi, untuk data DBD di Kota Banjarbaru berdasarkan Insiden Rate (IR) per Kelurahan Tahun 2022, pada data terakhir September 2022. Didapatkan data tertinggi kasus DBD terdapat di Kelurahan Loktabat Selatan dengan angka 65,03. Disusul dengan, Kelurahan Landasan Ulin Tengah dengan angka 64,62. (wahyu/BBAM)