spot_img

Maraknya Kasus Pembuangan Bayi di Banjarbaru, Ini Kata Psikolog

Link, Banjarbaru – Beberapa waktu belakangan ini, kasus pembuangan bayi marak terjadi di Kota Banjarbaru. Dalam kurun waktu kurang lebih satu Minggu, dua bayi dibuang di Banjarbaru.

Pertama, kasus penemuan bayi berjenis kelamin laki-laki di komplek Lambung Mangkurat Regency Tahap 2 C5 Nomor 7 RT 013, RW 01 Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Senin (28/11/2022) malam.

Selanjutnya, baru-baru ini  seorang bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di dalam kardus di depan sebuah ruko Jalan Trikora, Kelurahan Kemuning, Kota Banjarbaru, sekitar pukul 8.00 Wita pada Minggu (4/12/2022).

Psikolog, Rika Vira Zwagery berpendapat, banyak calon orang tua yang tidak siap secara ekonomi, sehingga menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.

“Penting bagi pasangan ingin menikah untuk mempersiapkan diri, seperti persiapan fisik, mental dan finansial. Banyak hal yang perlu disiapkan dalam menjalin biduk rumah tangga,” tuturnya kepada Linkalimantan.com, Kamis (8/12/2022).

Menurutnya, banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum pasangan menjalin sebuah hubungan ke arah lebih serius (pernikahan).

“Ini penting dipersiapkan, daripada harus memikirkan atau mempersiapkan acara pernikahan yang mewah. Pun dengan tujuan menikah harus diluruskan dulu, apakah menikah karena banyak tekanan dari orang lain, misalnya banyaknya pertanyaan kapan menikah? atau tekanan dari usia yang sudah cukup belum tentu siap untuk menikah, ini juga harus digaris bawahi,” ucapnya.

Vera menjelaskan, khusus kesiapan mental terkait pengasuhan sudah disiapkan sejak memilih pasangan, bukan dari sudah punya anak baru melakukan pengasuhan.

“Banyak hal yang harus kita ketahui, karena jadi orang tua merupakan proses pembelajaran seumur hidup, bukan hanya sekadar mendapatkan keturunan, tetapi kita bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup anak baik secara fisik maupun psikologis,” tuturnya.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini melanjutkan, dalam psikologis anak sangat penting dihadirkan orang tua, bukan hanya menyiapkan ASI, Asah dan Asuh.

“Orangtua tidak hanya menyiapkan makan dan minumnya saja, tetapi juga harus membentuk psikologinya dia (anak), bagaimana menyediakan cinta, kasih sayang dan kepedulian kepada anak, ini merupakan bagian penting dalam parenting,” ucapnya.

Masih kata Vera, penerapan psikologi pada anak ini sering diabaikan orangtua dalam tanggung jawab sebagai orangtua kepada anak.

“Dalam kasus yang terjadi di Banjarbaru (pembuangan bayi), saya tidak bisa bilang pasti tapi bisa terjadi, mungkin orang tuanya belum siap menjadi orang tua,” bebernya.

Maka dari itu, calon orangtua penting belajar parenting sebelum menikah. Karena setelah menikah banyak penyesuaian diri ketika pasutri memiliki seorang anak.

“Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan seseorang itu menjadi seorang ibu, seperti masa-masa bayi baru lahir (new born) terdapat masa lumayan sulit. Apalagi bagi seorang yang awalnya single kemudian punya anak, banyak kasus baby blue syndrome kemudian ibunya menjadi depresi juga bisa jadi menjadi salah satu faktornya,” tuturnya.

Vera menambahkan, secara psikologis orangtua butuh penyesuaian diri, apalagi baru mempunyai bayi yang new born (baru lahir), sehingga banyak menimbulkan perubahan dalam hidupnya seperti sering begadang karena mendengar tangisan bayi.

“serta perubahan pada bentuk tubuh setelah melahirkan, harus beradaptasi dengan keluarganya, suaminya tidak membantu dan banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan calon seorang ibu,” ucapnya. (juwita/BBAM)

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU