Jumat, April 19, 2024

Ayo Berikan yang Terbaik, Jangan Asal-asalan

Bismillahirmannirahim

“Ada di antara manusia yang mampu untuk melakukan yang terbaik dalam perbuatannya, akan tetapi melakukannya dengan asal-asalan saja. Hal ini adala salah satu kesalahan yang paling fatal!”

SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL

Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan

Hidup di Negeri Serambi Makkah tidak terlepas dari adat, budaya berdasarkan ajaran Agama Islam dengan kitab suci Al Qur’an sebagai panduan hidup dan kehidupan. Semua itu jelas dipondasikan agar kita bisa menjadi yang terbaik sebagaimana Allah mencipatkan manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna.

Tidak bisa dipungkiri, di Negeri Serambi Makkah alunan ayat-ayat Al Qur,an setiap saat terdengar bahkan dari seluruh penjuru negeri. Hal senada diperkuat lagi dengan puluhan bahkan ratusan majelis menghiasai negeri ini.

Ditambah lagi banyaknya guru-guru yang mumpuni dalam penyampaian katalog agama. Baik langsung maupun melalui media-media sosial.

Semua itu memang sudah semestinya ada di ranah religius sebagaimana Negeri Serambi Makkah. Dimana salah satu yang dipatri oleh para pendiri negeri adalah untuk selalu memberikan yang terbaik. Tidak asal-alasan. Tentu saja yang terbaik bagi siapa saja dan terbaik untuk apa saja.

Terlebih di bulan Ramadhan sekarang ini, dimana kita Ummat Muslim dianugerahi dengan ganjaran berlipat dalam hal kebaikan. Apapun kondisinya, baik dalam ranah keluarga kecil, lingkungan masyarakat, pemerintahan dan tak ketinggalan dunia politik.

Perintah untuk memberikan yang terbaik itu sudah sangat jelas. Dalam Alqur’an seruannya adalah lakukanlah yang terbaik (optimal).

Diantaranya disebutkan, Tetapi siapa diantara kalian yang paling tepat, paling benar, paling sempurna amal perbuatannya. Yang disebut amal perbuatan itu benar dan tepat adalah dibarengi dengan takut kepada Allah dan niat yang tulus dengan niat yang sebenarnya.

Baca Juga  Polusi Budaya Melukai Keluhuran Budi Pekerti

Jad tolak ukur amal perbuatan bukanlah banyak banyakan saja (kuantitasnya) melainkan nilai yang terbaik (kualitasnya).

Alqur’an tidak mengatakan (yang terbanyak amalnya) melainkan (terbaik amalnya). Kalau memang bisa melakukan yang terbaik (optimal) dan banyak itulah yang diharapkan. Tetapi realitanya??? Silahkan lihat dan rasakan sendiri.

Dalam beberapa kali diskusi soal materi tulisan ini dengan banyak teman, realita di lapangannya cukup miris. Terlebih dalam kancah hiruk pikuk politik dan pemerintahan yang belakangan terlihat carut marut.

“Banyak orang-orang cerdas yang memliki kemampuan berlebih seakan mandul. Merasa tertekan hingga rasa putus asa dalam melakukan sesuatu. Gilirannya muncul sifat pesimis dalam melaksanakan sebuah pekerjaan. Ini kan naif,” kata seorang teman mantan pejabat.

Miris sebut dia, karena sikap yang muncul kemudian adalah masa bodoh dengan hasil. Yang penting masuk kerja, asal bekerja yang penting selesai dan terima gajih setiap bulan. Seakan lupa jika kita (manusia) merupakan mahluk ciptaan Allah yang terbaik.

Begitulah gambaran realita yang belakangan tersaji dan tersiar, bahkan di bulan Suci Ramadhan sekali pun. Saling sikut, saling sindir hingga saling bunuh seolah menjadi hal biasa. Apa yang terjadi di Negeri Serambi Makkah ini, sungguh ironis kan!!

Sungguh tidak sesuai dengan kultur agamis yang mendasari nafas Negeri Serambi Makkah. Dimana sendi-sendi kehidupan di negeri ini telah diatur olah para pendiri negeri sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Mari kita renungkan bersama mumpung bulan suci Ramadhan belum berlalu.

Afwan, Wassalam

spot_img
spot_img
spot_img

TERPOPULER

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img