Link, Banjarbaru – Banjarbaru dikenal sebagai Kota heterogen karena terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan.
Dengan keberagaman tersebut Kota Banjarbaru menjadi perhatian bagi Pemerhati Budaya Tionghoa, Maria Roesli bersama Dokumentator Budaya Tionghoa dan Banjar, Sugiharto Hendrata.
Mereka dihadirkan di Rumah Oettara dalam mengungkap fakta sejarah dan kekinian hubungan harmonis antara etnis Banjar sebagai mayoritas dengan Tionghoa.
Bagaimana tidak, Banjarbaru yang kini sudah resmi menyandang status sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan sudah seharusnya merawat akan keberagaman yang ada di Kota tersebut.
“Paling tidak, bisa dimunculkan bagaimana masyarakat Tionghoa, Hindu, Budha dan lainnya dapat terfasilitasi,” tutur Sugiharto Hendrata.
Karena menurutnya, di Banjarbaru saat ini tempat ibadah seperti Wihara, Pura, dan Klenteng belum nampak. Dan alangkah baiknya sebagai kota metropolitan yang dikenal akan keheterogenannya, warna-warna keindahan tersebut turut ditampakkan.
“Apakah cuman melihat manusianya saja, atau kah ada warna yang membawa keberagamannya tersebut. Supaya keren sesuai slogannya Banjarbaru Juara,” ucapnya.
Sugiharto berpesan Banjarbaru tidak hanya berfokus pada pembangunan industri saja, tetapi atensi keberagaman turut disertai.
“Saya meyakini Walikota dapat mengakomodir masalah keberagaman diwilayah kota Banjarbaru ini,” tuturnya. (juwita/BBAM)