Linkalimantan.com – Planet di luar tata surya atau kerap disebut eksoplanet menjadi salah satu obyek penelitian luar angkasa para pakar. Apa yang sesungguhnya dicari dalam penelitian tersebut?
Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) sejauh ini Eksoplanet telah mengonfirmasi ada lebih dari 5000 planet yang masuk kategori tersebut. Beberapa di antaranya disebut memiliki kemiripan dengan Bumi dan disebut ‘Bumi Super’.
Disebut demikian, karena ukurannya yang rata-rata 30 hingga 70 persen lebih besar daripada Bumi. Sebuah eksoplanet bisa tersusun dari bebatuan atau gas yang berputar dan tebal atau keduanya.
Pencarian eksoplanet antara lain dilakukan untuk mencari potensi adanya kehidupan. “Itu adalah salah satu pertanyaan fundamental yang ingin kami ketahui,” kata Ravi Kumar Kopparapu, periset eksoplanet di Goddard Space Flight Center NASA seperti dilansir Mashable.
Hal itu dikarenakan beberapa eksoplanet mungkin saja masuk ke dalam kategori habitable alias memungkinkan adanya kehidupan untuk ada “Planet-planet itu benar-benar menarik,” kata periset eksoplanet di Jet Propulsion Laboratory NASA, Renyu Hu.
Salah satu contoh eksoplanet yang masuk kategori itu adalah LP 890-9 c, yang ditemukan pada 2022. Planet tersebut memiliki permukaan yang berbatu sekitar 40 persen lebih besar daripada Bumi.
Planet itu juga mengorbit di zona layak tinggal dari bintangnya. Zona layak tinggal sendiri adalah posisi aman sebuah eksoplanet terhadap bintangnya sehingga memungkinkan adanya air cair di dalam eksoplanet tersebut.
Namun demikian, sebuah planet di luar tata surya yang masuk kategori habitable tak lantas membuatnya memiliki kehidupan. “Sebuah planet yang habitable bisa memiliki kehidupan namun tidak berarti telah ada kehidupan di sana,” kata Kopparapu.
Di Bumi, manusia bisa saja pergi ke tempat terpencil yang ekstrem dan menemukan kehidupan di sana. Namun di planet di luar tata surya, “kita tidak bisa melakukannya,” ujar Kopparapu.
Dari jarak triliunan tahun cahaya, sekumpulan bukti konkret harus ada untuk mendukung pernyataan, Bumi Super mungkin saja memiliki kehidupan. Menurut Kopparapu, konteks adalah hal yang paling kunci.
Hal-hal tersebut meliputi, apakah eksoplanet itu terekspos radiasi berbahaya? Apakah ada cukup data dari teleskop untuk membuat simulasi komputer terhadap lingkungan planet tersebut? Kemudian, apakah ada cara alternatif di luar kehidupan, untuk menerangkan bagaimana gas tertentu seperti metana, bisa diproduksi?
“Kita harus hati-hati. Alam bisa membodohi kita lewat banyak cara,” katanya.
Lebih lanjut, para astronom bisa saja menemukan sedikit planet di luar tata surya yang mirip dengan Bumi. Mungkin saja, eksoplanet itu didominasi gas atau tidak punya dataran bebatuan yang muncul dari samudra.
Namun demikian, hal itu tak lantas mengecewakan para pakar. “Saya justru malah kecewa jika eksoplanet itu mirip dengan Bumi. Kami ingin menemukan dunia baru yang benar-benar aneh,” kata Kopparapu.
Menggunakan Teleskop
Di sisi lain, menemukan planet di luar tata surya bukanlah hal mudah. Teleskop khusus seperti TESS milik NASA, haruslah mengamati secara terus menerus dan melihat perubahan tingkat kecerahannya.
Kerlip sebuah bintang mungkin berarti sebuah planet lewat di depan bintang tersebut. Itu berarti, bisa saja ada dunia atau planet baru yang siap diamati.
TESS sejauh ini telah menemukan lebih dari 240 planet di luar tata surya, bersama dengan ribuan kandidat lainnya.
Sekali sebuah eksoplanet ditemukan, para astronom lalu melihat lebih dalam. Salah satu caranya adalah memanfaatkan teleskop paling mutakhir saat ini, James Webb Space Telescope (JWST).
JWST dapat mendeteksi komposisi atmosfer dari sebuah eksoplanet. Bumi contohnya, berisikan oksigen dan nitrogen bersama dengan gas-gas lain seperti karbon dioksida.
Teleskop JWST pun mengandalkan kerlipan cahaya dalam pengamatannya. Pasalnya, planet yang terdekat dengan Bumi pun berjarak triliunan kilometer jauhnya.
Selain JWST, ada pula teleskop yang disebut Teleskop Super Besar (Extremely Large Telescope, ELT) yang sedang dibangun di daerah gurun Chile yang gelap. Teleskop itu akan mengumpulkan cahaya yang lewat melalui atmosfer eksoplanet.
Hal itu dilakukan lewat cermin utama yang membentang sekitar 127 kaki. Cermin itu membuat Teleskop di Chile dapat mengambil foto planet di luar tata surya.
“ELT akan merevolusi studi planet di luar Tata Surya kita,” tulis Observatorium Selatan Eropa (European Southern Observatory) seperti dilansir situs resminya. (net/sumber: https://www.cnnindonesia.com )