Link, Jakarta – Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) akan terjadi tepat 2 hari menjelang Lebaran 2024 yang diperkirakan akan berlangsung serempak di Indonesia. Ada sejumlah fakta menarik terkait fenomena yang diprediksi terjadi hari ini, Senin 8 April 2024.
Salah satunya akan terlihat ledakan-ledakan Matahari bersamaan dengan gerhana. Selain itu juga tidak akan terlihat di langit Indonesia.
Gerhana Matahari Total nantinya akan terlihat di Samudera Pasifik hingga Mazatlan di Meksiko. Berikutnya akan bergerak menuju Amerika Serikat (AS), di Texas hingga maine.
Sementara itu, lama proses gerhana atau saat permukaan Bulan menutupi Matahari terjadi selama 4 menit 28 detik. Fenomena akan terjadi paling lama di Torreon, Meksiko mencapai 3,5 hingga 4 menit.
Perlu diingat Gerhana Matahari Total tak bisa dilihat secara langsung atau tanpa alat bantuan apapun. Hanya saat fase total saat permukaan Matahari ditutup Bulan bisa dilihat secara langsung.
Jadi, jika ingin menyaksikannya, Anda bisa melihatnya melalui online. Salah satu yang menayangkannya adalah kanal Youtube NASA Spanyol.
Anda juga bisa menggunakan alat bantu untuk melihat fenomena tersebut. Misalnya menggunakan pelindung khusus gerhana yang direkomendasikan oleh Komunitas Astronomikal Amerika (AAS).
Secara bersamaan, fenomena itu juga akan dibarengi dengan ledakan. Mengutip National Center for Atmospheric Research(NCAR), BMKG menjelaskan ledakan bisa terlihat saat proses menuju puncak saat penampakan Matahari terhalang oleh Bulan.
“Saat menyaksikan GMT [gerhana matahari total] 8 April 2024, menurut National Center for Atmospheric Research(NCAR) akan terlihat ledakan-ledakan di Matahari, saat totalitas gerhana matahari, pandangan matahari dari Bumi terhalang oleh bulan dan menyisakan sisi tepi. Pada sisi tepi inilah di Bumi bisa menyaksikan tepian plasma Matahari tampak meledak-ledak,” kata Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dikutip dari laman resminya, Minggu (7/4/2024)
BMKG menjelaskan ledakan Matahari itu terjadi karena adanya aktivitas internal di pusat Tata Surya tersebut. Tingkat aktivitas mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan dan puncaknya pada tahun ini.
Sejauh ini, belum ada yang mengetahui penyebab fenomena tersebut. Namun BMKG menuliskan kemungkinan karena melibatkan gaya magnetik atau reaksi nuklir dalam Matahari.
Asosiasi Astronomi Uni Emirat Arab menjelaskan GMT bakal berdampak pada penampakan bulan sabit Syawal. Ini merupakan tanda bulan baru dan menjadi akhir bulan Ramadan.
Pada 8 April, bulan sabit tidak akan terlihat dan baru nampak keesokan harinya. Dengan begitu, lembaga tersebut mengungkapkan lebaran berpotensi terjadi pada Rabu (10/4/2024). (tri)