Link, Banjarbaru – Secara umum, terdapat beberapa indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalimantan Selatan yang masih positif. Antara lain tingkat inflasi September 2024 masih terkendali.
Kepala DJPb Kalsel Syafriadi dalam pemaparan kinerja fiskal regional Kalsel mengungkap sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet juga memberikan kontribusi yang penting. Menurut data terbaru, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II-2024 tumbuh sebesar 4,81 persen (yoy).
“Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang tetap terjaga. Namun, tekanan ekonomi global seperti fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian geopolitik masih menjadi tantangan yang harus dihadapi. Sedangkan dari sisi belanja pemerintah, Bulan September 2024 merupakan periode akhir Triwulan III 2024, terdapat target-target yang harus dicapai dan momentum persiapan menjelang akhir tahun anggaran,” kata Syafriadi, Banjarmasin, Kamis (31/10/2024).
Secara umum, terdapat beberapa indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalimantan Selatan yang masih positif tersebut. Antara lain tingkat inflasi September 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) atau mengalami mengalami inflasi sebesar 1,98 persen (yoy), lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 1,84 persen (yoy).
“Dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kota Tanjung sebesar 2,28 persen (yoy), sedangkan yang terendah pada Kotabaru sebesar 1,24 persen (yoy). Penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, dan ayam daging ras,” ucap Syafriadi.
Pada September 2024, neraca perdagangan di Kalimantan Selatan tercatat mengalami peningkatan 43,96 persen dibandingkan September 2023. Pada 2024, tren surplus neraca perdagangan terus berlanjut. Meskipun sempat mengalami penurunan pada Mei hingga Juli, namun surplus neraca perdagangan Kalsel kembali menguat. Pada September 2024 mengalami peningkatan secara mtm sebesar 29,44 persen. Surplus Neraca Perdagangan Kalsel Bulan September 2024 sebesar US$1.187,80 juta.
Kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan September 2024 telah terealisasi sebesar Rp15,21 triliun atau 67,00 persen dari target. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2023, kinerja pendapatan APBN terkontraksi 14,49 persen.
“Kontraksi ini terus menurun jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. Walaupun secara total pendapatan negara mengalami kontraksi, di sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 8,20 persen dengan realisasi sebesar Rp1,43 Triliun,” tambahnya.
Dari sisi belanja negara, realisasi total belanja negara sebesar Rp27,60 triliun atau 71,23 persen dari pagu. Capaian ini meningkat 30,40 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi Belanja untuk Bulan September ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp6,49 Triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp21,11 Triliun.
Untuk pendapatan negara yaitu realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp13,54 Triliun atau 64,41 persen dari target, terkontraksi sebesar 15,79 persen (yoy). Kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp7,63 Triliun, kemudian PPN memberikan kontribusi sebesar Rp5,09 Triliun. Tiga sektor perpajakan yang memberikan kontribusi penerimaan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 31,1 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 20,2 persen serta pengangkutan dan pergudangan September 2024, kecuali Sektor Pertambangan, Sektor Perdagangan, Sektor Pertanian, Sektor Aktivitas Penyewaan dan Sektor Konstruksi yang mengalami kontraksi.
“Kinerja pendapatan negara yang dipungut oleh Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai Kalimantan Bagian Selatan sampai dengan September 2024 sebesar Rp6,03 Triliun, yang terdiri dari penerimaan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp238,58 Miliar dan Penerimaan lainnya sebesar Rp5,79 Triliun. Tantangan yang dihadapi terkait penerimaan yang dipungut oleh Kanwil DJBC Kalbagsel adalah penurunan harga ekspor komoditas batubara, CPO dan turunannya,” ujar Syafriadi.
Pada sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), realisasi penerimaannya telah mencapai Rp1,43 Triliun atau 113,86% dari target, tumbuh 8,20 persen (yoy). Capaian ini berasal dari PNBP BLU sebesar Rp377,72 Miliar atau 26,34 persen dari total PNBP, dan PNBP Lainnya sebesar Rp1,06 Triliun atau 73,66 persen dari total PNBP. PNBP Lainnya salah satunya berasal dari PNBP yang dipungut DJKN yaitu PNBP aset, piutang negara, dan bea lelang. (tri)