Link, Banjarbaru – Gubernur Kalsel melalui Kepala Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan (Disdag Kalsel), Sulkan mengungkapkan, perkembangan inflasi di wilayahnya yang tercatat sedikit di atas rata-rata nasional pada angka 1,98 persen YoY.
“Alhamdulillah, inflasi di Kalimantan Selatan stabil hingga minggu kelima Oktober 2024,” ujar Sulkan setelah mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual di Command Center Kalsel, Banjarbaru awal pekan tadi.
Menurut Sulkan, angka inflasi nasional mencapai 1,84 persen, yang diakui sebagai hasil kerja sama yang solid antara pemerintah pusat, pemerintah daerah (Pemda), serta kementerian/lembaga terkait dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat
“Indeks Perkembangan Harga (IPH) di Kalimantan Selatan pada minggu keempat Oktober mencatat rata-rata -0,23 persen. Beberapa wilayah seperti Hulu Sungai Selatan, Tanah Bumbu, Balangan, dan Banjarbaru mengalami IPH di atas rata-rata provinsi akibat kenaikan harga daging sapi, daging ayam ras, telur, gula pasir, dan minyak goreng,” paparnya.
Sementara itu, dalam rakor pengendalian inflasi itu, Mendagri Tito mengungkap telah telah menyampaikan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai inflasi September kepada Bapak Presiden dan Presiden Terpilih, yang menyambut baik pencapaian ini. Angka 1,84 persen year-on-year adalah prestasi besar,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja, Kemendagri, Jakarta, Senin (28/10/2024).
Mendagri menyoroti pentingnya pengawasan terhadap dua komponen utama inflasi: inflasi inti (core inflation) yang cenderung stabil, mencakup sektor pendidikan, kesehatan, dan rekreasi, serta inflasi bergejolak (volatile inflation) yang dipengaruhi dinamika suplai dan permintaan, terutama pada sektor pangan dan energi.
“Kita melihat kenaikan pada perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,38 persen yang termasuk dalam inflasi inti. Kenaikan ini menunjukkan daya beli masyarakat tetap kuat karena permintaan terus tumbuh,” ujarnya.
Sejalan dengan hal ini, Mendagri menanggapi pandangan ekonom terkait deflasi pada beberapa sektor, seperti rekreasi, restoran, dan perawatan pribadi, yang disebabkan menurunnya permintaan. Namun, Tito menekankan daya beli masyarakat secara umum tetap kuat, dibuktikan oleh inflasi inti yang masih naik.
“Kita adalah negara produsen, bukan hanya konsumen. Jika terjadi deflasi berlebihan, masyarakat konsumen mungkin diuntungkan, tetapi petani dan produsen lokal bisa mengalami kerugian karena tidak bisa menutupi biaya operasional,” tegasnya. (tri)