spot_img

Ingat! Setiap Nafas Menuju ke Arah Kematian

Bismillahirrahmanirrahim
Sadarilah jika setiap nafas mu menuju ke arah kematian. Pasti! Saat waktu itu datang tidak ada teman (manusia) yang mendampingi kecuali amal perbutan. Itu pula yang harus dipertanggungjawabkan kelak di Pengadilan Sang Maha Agung.

Safariyansyan, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan

Ungkapan diatas sudah sangat lazim didengar dan diperdengarkan. Baik melalui sosial media yang belakangan ini mendominasi maupun melalui majelis-majelis ilmu yang tak kalah banyak. Ini pula yang menjadi tajuk bahasan pada Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediamanan Birokrat Spiritual DR Mada Teruna.

Saat waktu kematian itu datang, apa yang telah kau persiapkan? Pertanyaan mendasar yang kemudian menyadarkan semua peserta Ngaji Dialog di Beranda Lestari seketika membawa suasan menjadi hening.

Sebelum waktu itu datang, pastinya kita ini hidup di alam yang namanya dunia. Disinilah tempat kita (mahluk hidup) berinvestasi. Terserah masing-masing. Bagi yang menyakini jika hidup di dunia ini hanya sementara berarti diakheratlah kehidupan yang abadi. Sementara di sana hanya ada dua pilihan surga dan neraka.

Bagi mereka yang menjadikan akherat sebagai tempat kehidupan abadi di surga, tentu dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya di dunia untuk mendulang kebajikan.

Ada ungkapan “Masuk Surga Itu Gampang, Masuk Neraka yang Susah”. Kalimat ini memang sekilas sangat sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki makna ta sesederhana kalimatnya itu sendiri.

Baca juga  Ketika Ajaran Sekuler Menjadikan Dunia Politik sebagai Kendaraan

Masuk Surga Itu Gampang? Sederhananya dalam kehidupan sosial masyarakat, telah terpatri pemikiran untuk meraih surga di akherat kelak, modalnya berbuat baik. Ringkasnya, menjalankan amar makruf bahi munkar sebuah frasa dalam Bahasa Arab yang berisi perintah menegakkan yang benar dan melarang yang salah.

Padangan umum, orang baik dengan perbuatan baiknya tidak akan mendapatkan cibiran. Pergi Shalat, menolong sesama misalkan, perbuatan baik yang dilakukan secara terang-terangan. Sudah begitu dipastikan tidak seorang pun (dalam kontek kehidupan di Kota Serambi Makkah) yang akan mencibir apalagi menghalangi-halanginya.

Pendeknya perbuatan baik yang notabene modal untuk mendapatkan tempat di Surganya Allah dapat dilakukan dengan sangat mudah tanpa ada yang menghalanginya. Sementara perbuatan tidak baik, jelas tidak mudah. Terlebih di kultur sosial masyarakat kita perbuatan tak baik selalu mendapatkan tempat yang termarjinalkan.

Mencuri, korupsi hingga perbuatan yang tidak mengenakkan warga lainnya sangat berisiko. Tak hanya harus dilakukan secara diam-diam, lebih dari itu hukum negara juga sudah menghadang. Itu baru di dunia? Bagaimana kelak di akherat semua itu dihadapkan di Pengadilan Maha Agung?

Dari dua analog pekerjaan baik dan buruk tersebut, bukankah tidak salah jika ungkapan “Masuk Surga Itu Gampang, Masuk Neraka yang Susah”.

Demikian, tulisan singkat ini saya sajikan. Afwan,  Wasalam.

BERITA LAINNYA

spot_img
spot_img

BERITA TERBARU