Link, Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membeberkan metode pemeriksaan saksi dan tersangka. Pendekatan teknis digabungkan dengan analisis psikologis terukur.
Dilansir dari rri.co.id, Plt Deputi Penindakan Asep Guntur Rahayu mengatakan, pentingnya membaca karakter. Menurutnya, penyidik menilai latar sosial seseorang sebelum pemeriksaan.
“Penyidik pasti melihat dulu siapa yang akan diperiksa, misalnya, orangnya banyak relasi, banyak pacar. Itu berarti ada kecenderungan berbohong, jadi kami harus hati-hati,” kata Asep di Bogor yang dikutip, Rabu (19/11/2025).
Setiap karakter, menurut Asep, butuh metode berbeda. Saksi religius diarahkan dengan bahasa religius yang menenangkan.
Ada pula saksi yang nyaman melalui obrolan hobi atau daerah asal. “Yang penting mereka nyaman dan terbuka,” ujar Asep.
Banyak saksi datang dengan cemas menghadapi kerumunan wartawan. Karena itu penyidik memulai pemeriksaan dengan percakapan ringan.
“Kadang mereka datang pagi, tapi pemeriksaan mulai siang. Untuk itu di sesi awal dipakai untuk ice breaking,” katanya, menjelaskan,
Pendekatan santai ini dinilai efektif menggali informasi jujur. Selain itu, penyidik memakai strategi investigatif pendukung.
Asep mengatakan, penyidik biasanya menampilkan bukti kesalahan utama. “Setelah bukti muncul, mereka lebih terbuka,” ujarnya.
Ia juga menanggapi keluhan ruang pemeriksaan dingin. Suhu ruangan sentral sehingga tidak dapat diatur terpisah.
Penyidik tidak pernah sengaja meninggalkan saksi. “Kalau masih kedinginan, berarti hatinya membeku,” kata Asep seraya melontarkan candaan.
Jika saksi sempat menunggu, kondisi itu terkait waktu istirahat. Asep mengatakan, jeda terjadi saat salat dan makan siang.

