Link, Barito Kuala – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan, melalui Dinas Kesehatan Kalsel bersama Tim Penggerak PKK Kalsel, terus melakukan langkah- langkah serius dalam melakukan pencegahan stunting di masyarakat.
Salah satu keseriusan tersebut dengan dilaksanakannya acara Gerakan Cegah Stunting untuk Generasi Banua Sehat, di Aula Selidah, Barito Kuala, Rabu (31/5) pagi.
Ketua TP PKK Kalimantan Selatan Hj Raudatul Jannah dalam sambutannya mengatakan, bahwa masalah stunting di Kalsel mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, karena termasuk ke dalam 10 provinsi, dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.
Menurutnya, meskipun masalah stunting mengalami trend penurunan dari 30% di tahun 2021 menjadi 24,6% pada tahun 2022, tetapi angka prevalensi stunting di Banua masih belum pada level target yang diharapkan, dimana target pada tahun 2024 harus mampu menurun pada level 14%.
“Untuk itu, kita semua harus ikut berpartisipasi aktif dalam penurunan stunting di Banua tercinta kita,” ujarnya.
Istri Gubernur Kalsel ini mencontohkan bahwa sering kali kondisi tubuh anak yang pendek dikatakan sebagai faktor keturunan atau genetik, sehingga masyarakat tidak berbuat apa-apa. Padahal faktor genetik ini merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil, dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan sosial.
“Untuk itu, mari kita edukasi masyarakat agar mengetahui, memahami dan menyadari dampak buruk dari stunting. Apalagi Batola ini juara 1 masak serba ikan di tingkat provinsi. Jadi saya mengajak agar kepada kader-kader PKK untuk menyukseskan dan mensosialisasikan gerakan gemar ikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat sadar akan bahaya stunting,” tambahnya.
Sementara itu, Pj. Bupati Barito Kuala, Mujiyat, dalam sambutannya mengatakan, bahwa masih banyak pekerjaan rumah terkait stunting di Kabupaten Barito Kuala (Batola). Ia meminta kepada semua masyarakat agar menyukseskan gerakan pencegahan stunting tersebut.
“Setiap gerakan apapun yang kita lakukan, harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Acara sosialisasi bahaya stunting jangan setengah-tengah, kita harus menjemput bola di masyarakat, dan kita harus galakkan ke masyarakat terutama ibu hamil bagaimana hidup sehat sehingga masalah stunting ini dapat kita turunkan lagi persentasenya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala (Batola) Dr. Azizah Sriwidari Mph, dalam laporannya menyampaikan, bahwa rangkaian kegiatan Penggerakan Masyarakat “Cegah Stunting, Aksi Bergizi, Bumil Sehat” di Kabupaten Barito Kuala, diantaranya senam bersama, gerakan CTPS, edukasi cegah stunting, edukasi 5% kunci stunting (ABCDE), konsumsi bekal sekolah isi piringku, konsumsi TTD, gerakan makan syur dan buah, dan gerakan makan ikan.
“Untuk itu, sasaran dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi secara langsung kepada 325 peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu bayi/balita, calon pengantin, dan remaja putri tentang asupan gizi seimbang yang sesuai dengan gizi” katanya.
Ia berharap, penurunan stunting di Batola dapat mencontoh penurunan stunting yang terjadi di kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Tapin yang sudah menyentuh di angka 14 persen.
“Insya Allah, dengan semangat yang tinggi, dan dukungan yang kuat dari seluruh masyarakat Bumi Ijejela, masalah stunting ini dapat kita atasi atau setidak-tidaknya apa yang ditargetkan di tahun 2024 yakni sebesar 14% terealisasi” tutupnya.
Pada kegiatan itu, Hj. Raudatul Jannah juga menyerahkan bantuan makanan bergizi kepada anak-anak dan paket sembako kepada orangtua. (tri)