Bismillahirahmannirahim
‘Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia” (Bung Karno)
SAPARIYANSYAH, BUDAYAWAN SPIRITUAL
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Peran pemuda sangat sering dikaitkan dengan kemajuan suatu bangsa. Bahkan di Indonesia, peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak diragukan lagi.
Hal ini bahkan sudah terjadi sejak masa perjuangan sejarah kemerdekaan Indonesia. Deklarasi Sumpah Pemuda, merupakan salah satu bukti bahwa pemuda Indonesia memilki peran penting dalam perjuangan bangsa.
Tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti Sukarno (Bung Karno), Mohammad Hatta, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, dan lainnya merupakan sosok-sosok pemuda yang gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Demikian juga di tanah Serambi Makkah yang kita cintai ini. Tokoh-tokoh pendiri negeri selalu tak luput dari semangat pemuda.
Tidak heran karena di kultur masyarakat kita seluruh aspek tetap berdasarkan ajaran Islam dengan menempatkan guru/ulama sebagai rujukan. Tentu saja dipastikan semuanya berdasarkan kitabullah yang jadi pedoman ummat.
Merujuk sejarah perjalanan negeri, menjadi miris jika para pemuda saat ini tidak menjadikan masanya yang sepatutnya dalam membangun negeri. Mereka yang seperti ini bukan disebut manusia yang memiliki kekuatan diantara dua kelemahan (seperti yang tersebut di QS Arrum 54.
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa”.
“Realita, banyak manusia yang tak layak disebut sebagai pemuda. Pendeknya usianya saja yang ada di antara dua masa kelemahan. Tetapi semangatnya? Silahkan lihat sendiri,” kata seorang teman kawan diskusi.
Dulu banyak leader-leader yang memiliki katalok tampil di barisan depan. Mereka bukan saja menjadi contoh dalam memanfaatkan masa keemasannya, tetapi juga turut terjun ke lapangan dalam kontek membangun negeri.
Beda ya saat ini. Dominasi semangat pemuda seakan menjadi loyo. Bahkan cenderung terseret oleh arus yang menjauhkan perilaku cinta tanah air seperti yang sudah dipondasikan oleh para pendiri negeri. Tak terkecuali pendiri negeri Serambi Makkah.
Kalau sudah begini, rasanya tidak berlebihan perlunya ada tarbiyah wathoniyah. Perlu adanya pendidikan untuk dikenalkan mengenai cinta negeri yang ditinggali (Serambi Makkah). Janganlah acuh tak acuh sehingga tidak mau berjuang untuk berbuat sesuatu pada negrinya. Karena disebutkan “Mencinta tanah air adalah sebagian dari iman”.
Waallahualam, Afwan
Wasalam