Link, Martapura – Di masa serba digital sekarang ini, ternyata masih ada warga Kabupaten Banjar yang belum nikmati hidup tanpa aliran listrik dan infrastruktur jalan yang layak dan aman. Ini yang dialami sebagian warga Sungai Badandan RT03 Desa Pematang Hambawang, Kecamatan Astambul selama puluhan tahun.
Berjarak kurang lebih satu kilometer dari ruas jalan kabupaten, akses menuju pemukiman 7 Kepala Keluarga (KK) yang rata-rata berprofesi sebagai petani hanya dapat dilalui kendaraan roda dua dengan lebar badan jalan ada yang kurang lebih 2 meter dan 1 meter. Kondisi tersebut tentunya sangat menggangu aktivitas warga, terlebih saat malam hari dan masa musim panen.
Salah satu warga RT03 yang bermukim dekat bantaran Sungai Badandan, yakni Halimatus Sa’diah (55) mengharapkan agar pemerintah dapat meringankan beban warga yang berprofesi sebagai petani di wilayah tersebut dengan membangun infrastruktur jalan yang layak disertai penerangan. Mengingat, untuk penerangan di rumah warga hingga saat ini hanya memanfaatkan accu mobil yang dihubungkan dengan kabel untuk menyalakan bohlam lampu.
“Saya tinggal disini sejak kecil hingga berkeluarga, dan dulunya wilayah RT03 disini banyak penduduknya. Karena tidak ada pembangunan jalan yang layak dan aliran listrik, warga banyak pindah,” ujar ibu enam anak ini kepada pewarta, Rabu (9/10/2024).
Ditemani Abdul Basith (60) yang merupakan suaminya. Halimatus Sa’diah yakin, jika infrastruktur jalan dan jaringan listrik dibangunkan, warga yang telah pindah dari RT03 tersebut akan kembali.
“Disini tanah dan ladangnya. Mereka pindah karena tidak ada listrik dan kondisi jalan yang becek saat hujan. Sekarang lebih mendingan, karena jalan didepan sudah dibangunkan desa secara gotong royong meski tidak sampai ke pemukiman warga,” tuturnya.
Ucapan Halimatus Sa’diah dibuktikan dengan keberadaan beberapa unit rumah yang nampak lapuk tak terurus setelah ditinggal pemiliknya. Tak terkecuali bangunan Mushalla Al Hidayah yang dahulunya menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sempat dilakukan renovasi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) pada 2016 lalu tersebut.
“Sudah sekitar lima tahun mushalla di sini tidak lagi difungsikan, karena warganya banyak yang pindah. Padahal anggaran renovasinya dahulu sekitar Rp200 Juta,” kata Samsudin yang tinggal tak jauh dari mushalla menambahkan.
Pria kelahiran 1958 ini pun mengungkapkan alasan serupa, yakni warga masih betah bertahan di wilayah RT03 yang tidak memiliki jaringan listrik dan infrastruktur jalan tersebut karena mempertahankan lahan pertanian mereka.
“Kami tetap bertahan disini, karena usaha kami hanya bertani, dan lahan kami hanya ada disini. Kami berharap dapat dibangunkan jaringan listrik dan jalan, karena jalan tani ini dimanfaatkan empat desa yang memiliki lahan disini, yakni Desa Kaliukan, Pematang Danau, Tambak Danau,” ungkapnya.
Samsudin juga memaparkan bahwa permohonan tersebut juga pernah disampaikan warga kepada anggota DPRD saat proses normalisasi Sungai Badandan pada 1997. Namun tak digubris.
Kepala Desa (Kades/Pambakal) Pematang Hambawang Badruzzaman juga membenarkan bahwa jumlah KK yang bermukim di wilayah RT03 dekat Sungai Badandan sebelumnya lebih dari 15 KK, hingga pada 2016 banyak warga yang pindah. Meski pada tahun tersebut telah dibangunkan jalan cor beton dengan total panjang sekitar 400 meter dan lebar sekitar 2 meter.
“Selanjutnya pada 2018 juga dibangunkan jalan berupa jembatan kayu ulin dengan lebar 1 meter, dan jembatan kecil di beberapa titik. Kalau di total, panjang jalan Sungai Badandan keseluruhan sekitar 1 Kilometer,” jelasnya.
Pambakal Pematang Hambawang yang akrab disapa Ibad ini juga memastikan Pemerintah Desa (Pemdes) telah melayangkan usulan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk pembangunan jalan. “Mudah-mudahan dapat diakomodir. Kalau sudah ada jalan, tentunya jaringan listrik bisa sampai masuk ke pemukiman warga,” harapnya. (zainuddin)