Bismillahhirrahmanirrahim…
Zaman telah berganti, namun soal kultur budaya Banjar hingga kini masih terjaga dengan baik. Kesenian Sinoman Hadrah salah satu budaya Banjar yang sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam salah satunya.
Safariyansyah, Budayawan Spiritual
Mencari yang Hilang, Memelihara yang Terlupakan
Kesenian Sinoman Hadrah merupakan seni tradisional khas Banjar yang bernafaskan Islam. Sinoman Hadrah terdiri dari 2 kata yaitu “Sinoman” dan “Hadrah”. Sinoman artinya adalah kelompok qasidah pria untuk menyambut tamu-tamu atau orang-orang besar atau pejabat, sedangkan Hadrah artinya adalah menghadirkan dengan mengambil teknik musik pukul yang terdiri dari 4sampai dengan 6 rebana ditambah 3 bass.
Kesenian bernuansa Islam ini merupakan kesenian yang sangat jelas mendapat warna Islam dan bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan teruatama di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Dalam pelaksanaanya kesenian ini terdiri dari lima atau enam orang pendendang syair yang sekaligus penabuh rebananya, kemudian pemutar payung ubur-ubur dan ditambah dengan penari rudat berjumlah 20 sampai dengan 30 orang atau sesuai dengan jumlah angotanya sambil memegang bendera kecil berbentuk segitiga bertuliskan huruf arab (Asamaul Husna).
Kesenian yang telah berkembang sejak ratusan tahun silam ini adalah kesenian yang memadukan seni suara (qasidah) dan seni tari. Syair-syair yang dinyanyikan berisi puji-pujian dan sanjungan kepada Rasulullah, dan juga syair-syair yang berisikan nasehat – nasehat dan petuah, dimana pesan pesan tersebut dilantunkan dengan penuh kegembiraan dan perasaan.
Di Kabupaten Banjar sendiri Kesenian Sinoman Hadrah terjaga dengan baik, utamanya di Desa Kampung Melayu Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar. Bahkan Grup Sinoman Hadrah An-nida asal Kampung Melayu telah seringkali tampil di berbagai upacara.
“Alhamdulillah, kelompok hadrah di sini seringkali diminta untuk tampil diberbagai acara. Utamanya acara-acara keagamaan. Seperti upacara perkawinan. Untuk ini kami juga tak jarang tampil hingga ke pulau Jawa,” ungkap Durahman, tokoh pemuda Kampung Melayu.
Menurut Durahman, Kesenian Hadrah merupakan warisan para alim ulama sejak puluhan tahun silam.
“Alhamdulillah, kesenian ini masih lestari sampai saat ini. Bahkan pernah tampil di luar negeri,” jelasnya.
Untuk diketahui, dahulu tarian ini hanya ditarikan oleh kaum laki-laki, namun seiring dengan perkembangan jaman, kesenian ini ditarikan oleh laki-laki dan perempuan. ***
AFWAN
WASSALAM