Link, Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas bersama Badan Pusat Statistik (BPS) memperkenalkan Tabel Kehidupan Indonesia sebagai instrumen strategis dalam perencanaan pembangunan nasional berbasis data.
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, dalam Forum Tabel Kehidupan yang digelar Senin (6/10/2025), menegaskan bahwa tabel kehidupan bukan sekadar statistik kematian, melainkan kompas kebijakan lintas generasi menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Bayangkan kita bisa membaca peta masa depan Indonesia melalui angka-angka yang bercerita tentang harapan hidup, kesehatan, dan tantangan lintas generasi,” ujar Maliki.
Ia menekankan bahwa tabel kehidupan merupakan panduan lintas sektor yang menuntun arah kebijakan di bidang kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Bappenas bersama BPS dan UNFPA mengembangkan tabel ini dengan pendekatan narasi positif, mengubah konsep dari tabel mortalitas menjadi tabel kehidupan. Tujuannya adalah untuk tidak hanya menghitung angka kematian, tetapi juga membaca dinamika kehidupan penduduk Indonesia.
“Kami ingin mengubah tone-nya. Ini bukan sekadar angka kematian, tapi peta kehidupan lintas generasi,” jelas Maliki.
Menurut Maliki, kebijakan publik harus bertumpu pada data kependudukan yang akurat dan presisi. Tabel kehidupan berfungsi sebagai kompas kebijakan lintas sektor, memperkuat prinsip evidence-based policy di seluruh lini pemerintahan, dan dibangun berdasarkan data Sensus Penduduk 2020 serta metode statistik mutakhir.
Ia juga mencontohkan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia yang telah menjadikan data mortalitas sebagai dasar kebijakan sosial. Indonesia, menurutnya, perlu mengikuti langkah serupa agar kebijakan kesehatan dan sosial lebih terukur, adil, dan berkelanjutan.
Manfaat Langsung dan Jangka Panjang Tabel Kehidupan yaitu:
1. Jangka pendek: Memperkuat sistem registrasi kematian dan data vital (CRVS)
2. Jangka menengah: Mengintegrasikan tabel kehidupan ke dalam RPJMN, RPJMD, dan program jaminan sosial
3. Jangka panjang: Mendukung pencapaian target usia harapan hidup 80 tahun dan penurunan angka kematian bayi menjadi 4,2 per 1.000 kelahiran hidup
“Visi Indonesia 2045 mensyaratkan kesehatan untuk semua dan perlindungan sosial yang adaptif. Tabel kehidupan bisa menjawab dua aspek itu,” tutup Maliki. (infopublik).

