Bismillahirrahmanirrahim
Di penghujung perjalanan, setiap jawaban mengarahkan menuju satu hakikat (makna sejati), yang nilainya tidak diukur dengan pencapaian materi. Pada Akhirnya, apapun bentuk ujian yang dihadapi, apakah itu kesusahan (penderitaan) yang menyesatkan atau kemudahan yang menggoda, semua itu mengarah ke satu tujuan yaitu “Tuhan”
Safariyansyah, Budayawan Spiritualis
Mencari yang Hilang Memelihara yang Terlupakan
Setelah pekan lalu saya mendapatkan kesempatan untuk menukil materi Ngaji Dialog di Beranda Lestari kediaman DR Mada Teruna dengan tema “membersihkan hati” kali ini kembali mendapatkan kesempatan untuk menukil materi kajian tentang ujian manusia yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tentu saja tak ketinggal sebuah puisi nang indah di penghujung tulisan.
Sebagian orang sadar akan hal ini sejak awal. Mereka melihat ujian sebagai panggilan untuk semakin dekat dengannya, mereka tahu bahwa setiap kesedihan adalah undangan untuk bersandar
Setiap kehilangan adalah peririgatan agar tidak bergantung pada dunia dan setiap kebahagiaan adalah pengingat bahwa semua yang mereka miliki hanyalah titipan. Tapi ada juga yang tersesat dalam ujian mereka. Ada yang tertelan oleh penderitaan dan mengira bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Ada yang tertidur dalam kenikmatan dan mengira bahwa mereka bisa melakukan segalanya dan tidak memerlukan Tuhan.
Mereka sibuk mencari jawaban di luar diri mereka, sibuk menyalahkan keadaan, sibuk bertanya kenapa aku?, Tanpa pernah bertanya: Soal apa yang harus aku selesaikan kali ini. Padahal jika mereka berhenti sejenak, jika mereka benar-benar membaca soal dengan hati yang jernih. mereka akan melihat bahwa semua ini bukan tanpa makna.
Setiap luka adalah panggilan. Setiap air mata adalah petunjuk. setiap kesenangan adalah ujian tersembunyi. Dan semua itu mengarah pada satu jawaban yang sama yakni kesadaran bahwa:
“Hidup ini bukan tentang apa yang kau inginkan, tap tentang apa yang Tutian rencanakan untukmu”.
Maka, jangan terlalu sibuk mencari jawaban di tempat yang salah. Jangan berpikir bahwa keberhasılan dunia adalah tujuan. Karena itu hanya bagian dari soal ujian, jangan tertipu oleh kenikmatan yang semu, karena itu hanya pengalih pertahan.
Jika kau benar-benar ingin lulus dalam ujian, maka kau harus menemukan Jawaban yang sesungguhnya.
Sebagai penutup, DR Mada Teruna sang Birokrat Spiritual penggagas Ngaji Dialog di Beranda Lestari ini pun membacakan untaian baik-baik puisi yang begitu terasa menyentuk hati.
================================================
“TAKDIR YANG TERSURAT.”
Di lembar rahasia yang tak terjamah
Tertulis soal dalam aksara cahaya
Tiap insan menapaki tanyanya sendıri
Berjalan di lorong yang tak saling bersua
Ada yang digenggam sunyi
Dipahat luka dalam bingkai takdır
Ada yang diuji gemerlap dunia
Terjerat kilau yang mengaburkan makna
Beban yang tertuang bukan untuk dibanding
Sebab setiap jiwa menari dalam iramanya
Di medan sabar, di palung kehilangan, di deras arus yang menuntut renungan
Mamun adakah hujan tanpa janji pelangi?
Adakah malam tanpa fajar bersemi?
Sebab di balik kabut yang menyelimuti, tersimpan Cahaya yang menanti ditemukan
=================================================
Afwan
Wassalam