Link, Martapura – Politik uang bagian sebagian pelaku politik di Kabupaten Banjar dijadikan tolak ukur untuk meraih tujuannya. Bagi Warhamni, politikus Partai Nasdem Kabupaten Banjar ini politik uang bukanlah jadi pilihannya.
Dari sekian banyak politikus di Kabupaten Banjar, nama Warhamni tidak asing lagi dalam perpolitikan di Bumi Wali ini. Tiga kali tokoh masyarakat Karang Intan yang eksis dalam dunia pertanian tradisional ini menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Banjar. Semua itu diraih atas dasar kepercayaan pemilihnya.
Warhamni“Warhamni ini siapa sih? Cuma anak seorang petani yang hanya menjalankan amanah orang tua dalam bermasyarakat,” ujar Warhamni saat berbincang santai dengan Linkalimantan.com, di ruang Paripurna DPRD Kabupaten Banjar, Kamis 29 September 2022.
Apa itu amanah orang tua? “Kata orang tua saya, jangan sekali-kali tinggalkan kultur dan budaya. Didalamnya antara lain jalin silaturahmi, perduli dengan sesama dan jangan tinggalkan budaya bercocok tanam. Aktivitas pertanianlah, pendeknya,” katanya.
Sebagai seorang anak ungkapnya, dirinya takut untuk tidak taat. Lama kelamaan Warhamni mengaku candu dengan tiga aktivitas tersebut.
“Ada rasa yang tidak bisa dinilai dengan materi ketika saya melakukannya. Terutama urusan silaturahmi dan bertani. Lebih-lebih di Bulan Maulid ini, hampir setiap hari saya berhadir di ritual masulid yang kampung-kampung,” katanya.
Nah, dari aktivitas rutin itu pula ungkanya, beberapa tokoh masyarakat Karang Intan memerintahkan dirinya untuk maju mengikuti Pemilu.
“Tidak ada keraguan dalam diri kala itu. Padahal uang tidak punya. Tetapi Alhamdulillah, saat ini masyarakat berhasil mendudukkan saya sebagai wakil rakyat,” ujarnya.
Dari pengalaman pertama itulah, Warhamni meyakini uang bukanlah penentu dalam meraih tujuan politik. Kepercayaan publik justru menjadi faktor utama.
“Uang jelas dibutuhkan. Di dunia politik suka tidak suka ongkos politik, harus ada. Tetapi sekali lagi, saya sudah membuktikan kepercayaan publik jauh lebih menentukan,” katanya serius.
Lebih jauh, politisi yang belakangan gencar mengkampanyekan indahnya bertani ini menegaskan kultur dan budaya wajib untuk dipertahankan.
“Kultur budaya kita ini merupakan warisan para leluhur yang didasari landasan ajaran Agama Islam. Jadi kalau dalam kehidupan bermasyarakat lepas dari kultur budaya kita, ya silahkan nilai sendiri,” katanya tersenyum.
Sekarang ini tambahnya, banyak yang macam-macam dan hal baru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Seperti eksloitasi alam secara sembarangan, narkoba dan konsumtif. Ujung-ujungnya menjadi materialistis dengan uang menjadi tolak ukurnya. (spy)